Wednesday, December 30, 2009

sebuah pembelajaran tentang kasih




Hampir satu minggu ini saya tidak berpergian ke luar rumah. Buat saya yang senang beraktifitas di luar, socialize dengan teman-teman atau sekedar jalan-jalan sendiri di mall, jelas diam di rumah bukanlah hal yang mudah buat saya. Saya melakukannya karena ada ‘pekerjaan’ yang cukup mendesak dan harus segera diselesaikan. Bukan pekerjaan yang menghasilkan uang sih dan bukan juga pekerjaan yang berhubungan dengan kuliah saya. Bahkan karena dikejar deadline oleh ‘pekerjaan’ saya ini, saya meninggalkan TA saya tepat selama seminggu juga.

Jadi apa sebenarnya ‘pekerjaan’ itu. Sebuah proyek ulang tahun. Saya dan beberapa sahabat yang saya paksa untuk membantu, membuat sebuah majalah biografi untuk anak PA saya sebagai hadiah ulang tahunnya. Membuat majalah memang bukan hal yang mudah, meskipun saya punya sedikit pengalaman dalam membuatnya. Tetap saja menguras energi, waktu dan juga biaya. Belum lagi mengingat sulitnya menghubungi orang-orang untuk ikut menyumbang testimoni dan ucapan selamat ulang tahun pada anak PA saya itu.

Saya jadi ingat, beberapa bulan lalu, tepatnya bulan September saya dan beberapa sahabat juga mengerjakan sebuah proyek ulang tahun untuk sahabat kami. Waktu itu kami ingin memberikan sahabat kami gitar, yang tentu saja harganya tidak murah. Kami sampai harus mencari dana dengan berjualan baju bekas pagi-pagi buta, menggelar garage sale di rumah saya, berjualan makanan di gereja2, bahkan menghubungi beberapa orang untuk ikut menyumbang dana. Tidak ada yang membayar kami untuk proyek ini. Kami cape, jelas. Kami tidak dibayar, pasti. Tapi kami mengerjakannya dengan sepenuh hati. Saat itu kami hanya dibayar oleh rasa bahagia yang terpancar dari wajah sahabat kami itu, tapi semua rasa cape kami sudah terbayar lunas.

Malam ini, sesuatu terlintas dalam benak saya. Untuk apa saya melakukan ini semua? Pertanyaan ini sebenarnya muncul karena hari ini tiba2 ada masalah saat kami mengerjakan proyek ulang tahun berupa majalah itu. Masalah yang sederhana tapi cukup untuk merusak mood kami. Bahkan kalau dibiarkan mungkin bisa saja merusak hubungan kami.

Akhirnya saya kembali mempertanyakan, untuk apa saya melakukan ini semua? Kenapa saya mau cape2 mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada untungnya dengan jelas? Jawabannya hanya satu : kasih.

Jawaban yang sederhana tapi dapat menjawab semua pertanyaan yang muncul. Karena saya mengasihi anak PA saya, makanya saya mau melakukan ini semua. Karena sahabat saya mengasihi saya, makanya dia mau membantu saya ikutan mengerjakan proyek ini. Karena kasih baru dapat dikatakan sebagai kasih yang sesungguhnya ketika dia dinyatakan dalam perbuatan. Karena kasih adalah kebahagiaan ketika kita memberi dan bukan menerima.

Saya tidak tahu mengapa masalah kecil ini harus terjadi di antara kami. Saya juga tidak mengerti mengapa masih ada orang-orang di sekitar kami yang tidak menghargai usaha kami sekarang, (Karena dalam menyelesaikan proyek ini ada beberapa orang yang sikapnya tidak menghargai kami). Tapi saya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti mendatangkan kebaikan. Karena kasih juga sanggup menghapuskan segala kesalahan menjadi kebaikan.

Saya bersyukur untuk kasih yang selalu ada dan tetap hidup dalam hati saya hingga saat ini. Saya akan tetap menjaga kasih itu agar tidak pernah padam. dan saya tahu caranya hanyalah dengan terus membagikan kasih itu buat orang-orang di sekitar saya.


Wednesday, October 14, 2009

Dia hanya pergi lebih dulu



Tulisan saya ini terinspirasi dari seseorang yang sangat penting dalam hidup saya. Seseorang yang telah mengajarkan saya banyak hal dalam menjalani kehidupan. Bahkan seseorang yang telah memberikan kehidupan itu sendiri.
Dia selalu bangun lebih pagi dari yang lain, menyediakan makanan bagi seisi rumahnya. Dia selalu tidur paling larut hanya untuk memastikan seisi rumahnya telah tidur dengan nyenyak dan mendapatkan yang terbaik.
Dia adalah wanita karir yang hebat dalam pekerjaannya, tapi dia juga adalah ibu rumah tangga yang berhasil.
Dia memiliki waktu untuk melayani Tuhan di gereja, tapi dia juga selalu memiliki waktu untuk melayani kami di rumah.
Dia adalah seorang ibu yang tegas, tapi dia juga adalah sahabat yang baik.
Dia adalah pemimpin yang hebat di kantornya, tapi dia juga adalah istri yang tunduk pada suaminya.
Dia selalu menyediakan telinganya untuk mendengarkan setiap keluh kesah kami.
Dia selalu mengulurkan tangannya, siap memeluk kami.
Dia selalu memandang kami dengan penuh kehangatan.
dan dari mulutnya selalu terdengar perkataan yang membangkitkan semangat kami.
Saya rasanya hampir tidak pernah mendengar keluhan keluar dari mulutnya.
Bahkan ketika kanker menggerogoti tubuhnya, tidak pernah sekalipun saya dengar keluhannya.
Dalam sakitnya, justru dia semakin meyakinkan saya bahwa Tuhan itu ada untuk menyembuhkannya.
Ketika akhirnya kanker itu berhasil mengalahkannya, saya tahu dia tidak pernah kalah. Dia tidak pernah menyerah dalam menghadapi penyakitnya, dan saya tahu justru kanker itulah yang kalah karena telah gagal membuat semangatnya patah.
Dia tidak hanya mengajarkan saya matematika dan fisika, tapi dia juga mengajarkan saya tentang nilai-nilai kehidupan.
Dia tidak hanya memarahi saya ketika saya salah, tapi dia juga memeluk saya ketika saya terluka.
Dia ada ketika saya sakit, dia ada ketika saya pertama kali jatuh cinta, dia ada ketika saya berhasil, dan dia juga selalu ada di saat saya gagal.
Kini dia sudah tidak ada lagi bersama dengan saya.
Tapi buat saya dia hanya pergi lebih dulu.
Fisiknya mungkin mati, tapi dia akan selamanya hidup dalam hati saya.
Kalau ada yang tanya apa saya menyesal karena kini dia sudah pergi, jawabannya ‘saya tidak pernah menyesal’
Kalaupun ada yang saya sesalkan dari kepergiannya bukan karena dia yang pergi terlalu cepat, tapi karena saya tidak menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya.
Andaikan saja saya tahu dia akan pergi secepat ini, saya akan lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya, saya akan menemaninya setiap hari, saya akan merelakan waktu bersama teman-teman saya hanya untuknya.
Tapi waktu tidak akan pernah kembali lagi. Saya tahu saya harus melanjutkan hidup saya.
Saya akan lebih berani setelah dia tidak ada, karena dia yang selalu mengajarkan saya untuk berani menghadapi apa pun.
Saya tidak akan pernah berhenti bermimpi, karena dia juga yang mengajarkan saya untuk memiliki impian-impian besar.
dan saya tidak akan pernah berhenti mencintai, karena dia yang telah memenuhi hidup saya dengan penuh cinta.
Terima kasih untuk segalanya..
kau akan selalu hidup dalam hati dan kenangan saya.
dan saat ini dengan bangga saya katakan, bahwa dia adalah ibu saya.
Tha
101009...10 p.m
dedicated for my beloved mom


Friday, October 9, 2009

what's wrong with us




Kami bersahabat sudah hampir lima tahun. Bermula sejak ospek di kampus kami, mungkin karena perasaan senasib sepenanggungan sebagai sesama anak baru di kampus, akhirnya kami jadi akrab. Selesai ospek, hubungan kami masih berlanjut, dan akhirnya terbentuklah geng kami. Sebenarnya agak norak kalau kami menyebutnya geng, kami pikir kami hanyalah sekelompok orang yang merasa cocok satu dengan lainnya, sering ngumpul, sering berbagi cerita, that’s it. Tapi orang-orang di sekitar kami menyadari eksistensi kami sebagai geng pertemanan di kampus, jadi lahirlah kami dengan nama berle family.
Di fakultas kami ini, merupakan hal yang wajar setiap orang masuk dalam kelompok pertemanan tertentu, hal ini hanya seperti bentuk pertahanan diri bagi kami masing-masing. Juga merupakan hal yang wajar ketika akhirnya lahir banyak nama geng lainnya, sebut saja ada cupu family, geng high heels, CCG, dll. Tapi satu hal yang tidak kami sadari, geng kami, berle family, rupanya cukup eksis di fakultas, cukup dikenal, bahkan mungkin cukup sensasional (yang terakhir ini agaknya terlalu berlebihan- persis seperti nama berle yang artinya berlebihan).
Tahun demi tahun berlalu. Persahabatan, seperti apa pun bentuknya, berapa banyak pun jumlah anggotanya pasti memiliki pasang surutnya masing-masing. Demikian pula dengan kami. Kami yang awalnya berjumlah 11 orang akhirnya pecah dan kini berjumlah 7 orang. Jangan tanya masalahnya apa. Karena hingga detik ini pun, saya (tepatnya kami) sendiri tidak tahu apa masalah yang sebenarnya. Saya berusaha menyikapinya dengan bijak dan menganggapnya sebagai bagian dari siklus kehidupan.
Berle family kini berganti menjadi fortu atau formasi tujuh. Orang-orang mungkin bertanya ada apa dengan kami. Apa penyebab perpecahan kami, tapi jujur saja kami pun tidak tahu jawabannya. Biarlah semua orang bertanya-tanya, biarlah mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan asumsinya masing-masing.
Kami kini bertujuh, dengan prinsip pertemanan yang baru yaitu saling menghargai privacy masing-masing. Kami welcome bila ada yang ingin berbagi sesuatu, tapi juga tidak akan memaksa bila tidak ingin berbagi cerita. Awalnya kami bertujuh sangat enjoy dengan pertemanan ini, kami makin survive, makin dewasa dan kami tidak memungkiri bahwa pertemanan ini membuat kami banyak belajar dan juga membantu kami dalam proses menuju kedewasaan.
People change, everybody change, everythings change. Mungkin begitu juga dengan kami. Tapi saya merasa asing dengan perubahan di antara pertemanan kami. Hal ini bahkan sempat membuat saya merasa asing dengan diri saya sendiri. Apa sebenarnya yang salah dengan pertemanan kami?
Kini kami jarang menghabiskan waktu bersama, mungkin karena kesibukan masing-masing juga. Kami juga semakin jarang bercerita dari hati ke hati.
Well, mudah-mudahan ini hanya perasaan saya saja. Kalau pun memang ada yang berubah dari kami, semoga ini merupakan bagian dari pasang surut persahabatan kami yang akan membuat lembaran cerita persahabatan kami menjadi semakin berwarna.
Tha
300909...9 p.m.


she's my best friend




Hari ini saya sedikit bertengkar dengan sahabat saya. Masalahnya sederhana sih, karena saya terlambat datang saat janjian dengannya. Saya tahu sebenarnya ini salah saya, tapi kemudian muncul berbagai pembelaan. ‘saya kan sudah memberi kabar bahwa saya akan datang terlambat karena saya harus mengerjakan pekerjaan yang penting’ atau ‘kalau memang dia tidak mau menunggu saya kenapa dia pergi tanpa memberi kabar, sehingga pada akhirnya saya juga menunggunya cukup lama’. Di samping adanya pembelaan-pembelaan itu, saya juga kesal pada sikap sahabat saya yang membuat masalah semakin runyam. Pada akhirnya saya membenarkan diri saya, bahwa ini murni bukan salah saya. Jadi wajar dong kalau saya kesal. Akhirnya saya mengirimnya sebuah sms singkat permohonan maaf, tanpa mengharapkan balasan darinya.
Anehnya, sepanjang sisa hari ini, saya malah bertambah kesal. Perasaan hati saya tidak enak dan saya sama sekali tidak tahu apa penyebab jelasnya. Ketika saya masuk kamar dan coba merenung, tiba-tiba terlintas wajah sahabat saya dan apa yang terjadi tadi. Pikiran jahat saya berkata, “Gue ga salah lagi, salah dia aja kenapa waktu gue sms dia ga bales” Atau “ Gue ga salah lagi, dia aja yang keterlaluan kalo ngambek, ga mau ngomong,jadi bikin orang tambah bingung.” Tapi semakin saya berkata bahwa saya benar dan dia yang salah, justru ini semakin melukai hati saya.
Saya bersahabat dengannya bukan sehari dua hari, tapi hampir 6 tahun. Waktu yang cukup lama untuk mengenal karakternya, mengenal seperti apa kalau dia marah, mengerti apa saja yang dia suka atau apa saja yang dia benci, waktu yang cukup juga untuk kami tertawa bersama dan saling berbagi. Tapi 6 tahun juga waktu yang cukup, untuk kami isi dengan pertengkaran-pertengkaran. Lucunya pertengkaran itu membuat kami semakin dekat dan saling kenal satu sama lain.
Ketika kami bertengkar, kami mungkin saling menyakiti, tapi tanpa sadar justru kami sedang menyakiti diri kami sendiri.
Sekarang ini saya memang malas untuk sms dia, mungkin dia juga. Tapi saya tidak pernah benar-benar malas untuk kembali berbicara dengannya. Baru beberapa menit kami bertengkar, saya sudah kangen mendengar suaranya. Jadi biarlah seperti ini. Saya yakin besok kami akan bersikap seperti biasa lagi. Tanpa harus minta maaf dengan ritual salam-salaman tentunya.
Saya pikir memang seperti itulah sahabat. Bisa saling mengenal sama seperti saya mengenal diri saya sendiri dengan baik. Seperti apa pun saya kesal pada sahabat saya, seperti apa pun saya marah padanya, saya tetap mengasihinya karena dia adalah sahabat saya.
Tha...020208
p.s. based on a true story, gara2 kesel sama flie


Dia harus tetap menjadi ‘pria yang paling dihidari’



Tulisan saya ini masih ada hubungannya dengan tulisan saya yang pertama. Setelah berdamai dengan diri saya sendiri (berhenti membela diri –red), dan mau mengakui bahwa saya memang mencari pria itu, ternyata jauh lebih mudah dan melegakan.
Kadang ketika sesuatu yang disebut cinta itu datang, perasaan bisa saja mengalahkan logika. Untuk kasus saya, thanks God, logika saya masih ada meskipun nyaris dikalahkan oleh perasaan. Jadi saya sadar untuk tetap menjadikan pria itu menjadi ‘pria yang paling dihindari’. Bisa atau tidaknya saya, saya hanya akan berusaha dan biarlah waktu yang akan menjawabnya.
10 alasan mengapa dia harus tetap menjadi ‘pria yang paling dihindari’ :
1. Pria itu sudah ‘memakan banyak korban’ wanita, dan beberapa di antara mereka adalah sahabat saya sendiri. oh, please deh..nggak ada dalam kamus hidup saya yang namanya pren makan pren.
2. Kalau pria itu pergi dari hidup saya, dan saya kembali terbiasa dengan ketidakhadirannya maka saya tidak akan mencarinya lagi. case closed. (iya kalau pria itu pergi, kalau nggak??hmpff..)
3. Saya selalu mengingatkan pada diri saya :ingat pakai logika, logika!!!!
4. Logika saya bilang, pria itu jauh berbeda dengan saya, karakter kami berbeda, lingkungan kami berbeda, dunia kami pun berbeda.
5. Logika saya yang lain bilang, saya hanya penasaran dengannya, jadi kalau rasa penasaran saya habis, semua akan selesai.
6. Lagi2 logika bicara bahwa ada banyak pria yang labih baik dari dia buat saya.
7. Saya tidak mau memulai sesuatu yang tidak bisa saya akhiri.
8. Sahabat saya pernah bilang, kalau seorang pria belum menyatakan isi hatinya pada kita, jangan biarkan diri kita jatuh cinta lebih dulu (baca: jangan GR dulu)
9. Semua orang yang mengenal pria itu mengatakan bahwa dia bukan ‘pria baik-baik’ (kok serem amat ya-red)
10. Salah satu sisi hati saya bilang he’s not into you.
Tha
100509...11 p.m.


10 alasan kenapa pria yang 'paling dihindari' justru menjadi 'pria yang paling dicari'



10 alasan kenapa pria yang ‘paling dihindari’ justru menjadi ‘pria yang paling dicari
Mengapa saya tiba2 mengangkat topik ini? alasannya sederhana, karena saya mengalaminya. Seorang pria yang paling saya hindari, tipikal pria yang cukup tampan dan nampaknya dia menyadari dirinya tampan, sedikit punya kharisma (kata orang sih-red), piawai bermain musik dan kepiawaiannya ini jelas bikin banyak wanita luluh, dia sadar dirinya keren jadi suka tebar pesona dan yang paling utama sih sudah berhasil menjerat banyak korban (rampok kali-red).
Awalnya pria ini hanya ‘numpang lewat’ dalam hidup saya, dan karena saya sudah tahu sejarah pria ini, saya dengan tegas membangun tanda dilarang stop dan dilarang parkir dalam hidup saya. Namun entah angin apa yang membuat pria ini tiba-tiba melewati hidup saya lebih lama, dan tidak hanya itu, pria itu bahkan parkir tepat di tanda dilarang parkir yang saya buat. Saya coba usir, tapi rasanya agak kurang berhasil. Tanpa sadar saya seperti mengijinkan pria itu parkir lebih lama. Bahkan ketika dia hampir pergi justru saya yang menahannya. Ya ampun, kenapa jadi seperti membicarakan angkutan umum ya?? Entahlah, yang pasti kehadirannya berhasil membuat saya gundah. Berulang kali saya bertanya pada diri saya sendiri apa yang bisa membuat pria yang paling saya hindari justru menjadi pria yang paling saya cari...Well, inilah alasan yang berhasil saya temukan (dan semoga jadi pelajaran bagi kamu yang juga mengalaminya):
  1. Tanda dilarang stop dan dilarang parkir yang saya buat kurang besar dan kurang jelas, jadi pria itu bisa melanggarnya.
  2. si pria buta tanda, jadi ya dia bisa seenaknya melanggar.
  3. Mungkin lain kali harus bikin benteng sekalian, sama sekali tidak memberi kesempatan buat pria itu masuk dalam hidup saya.
  4. Pepatah jawa bilang ‘weting tresno jalaran soko kulino’ artinya cinta datang karena terbiasa. Wow saya masih belum mau bilang (dan rasanya sih memang belum) kalau saya sedang jatuh cinta, tapi pepatah ini kira-kira artinya gini : pria itu tiba2 masuk dalam hidup saya, saya mulai terbiasa akan kehadirannya, dan ketika dia tidak ada saya mulai mencarinya karena ada kebiasaan yang hilang..jadi ini bukan salah saya dong??!!(masih membela diri-red).
  5. Saya kangen sama ke-jail-annya, kangen sama sikapnya yang nyebelin, kangen sama kelakuannya yang suka nge-gerecokin hidup saya..jadi saya kangen sama sifatnya ya,bukan kangen sama orangnya (masih aja membela diri-red).
  6. Watch out of your mouth. Kayanya saya mulai memakan perkataan saya sendiri...fiuh..
  7. Batas benci dan cinta memang tipis, jadi susah banget dibedakan mana benci, mana cinta (sudah berhenti membela diri-red).
  8. Well, pria itu sebenarnya nggaki nyebelin2 amat, nggak perlu terlalu dihindari sih..okey2, jujur deh saya sudah berhasil dibikin penasaran sama si pria.
  9. Cara paling gampang untuk menaklukan hati wanita kan dengan membuatnya penasaran...and you did it!!!
  10. Iya deh saya ngaku, saya kangen dia dan saya mulai mencarinya.
Tha
050509...10 p.m.


would you marry me??



Anda adalah wanita muda yang menarik, cerdas, dan energik. Memiliki karir yang menjanjikan, sahabat-sahabat yang setia, namun tengah menanti prince charming yang tepat. Anda berharap prince charming itu akan datang melamar anda, bersedia menghabiskan sisa hidupnya dengan anda, memiliki anak-anak yang lucu, hidup yang mapan, and live happily ever after. is this story sound familiar???
Nampaknya cerita-cerita seperti ini masih menjadi impian setiap wanita, entahkah mereka itu wanita metropolis dengan life style yang 24/7, bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, atau wanita dari golongan socialite, atau wanita yang masih hidup dengan prinsip nrimo, dan yakin bahwa kodrat wanita itu akhirnya kembali ke dapur.
Tapi benarkah ketika prince charming itu datang, hendak menyematkan cincin di jari manis Anda, Anda merasa impian Anda jadi kenyataan. Apakah akhirnya Anda merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Atau justru hal ini menambah masalah dalam hidup Anda??
Saya dan sahabat-sahabat saya selalu memiliki mimpi-mimpi konyol tentang pernikahan. Kalau kami mulai stress dengan rutinitas kami, biasanya kami memulai obrolan konyol tentang pernikahan yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas. kami menyebutnya dengan istilah autis, karena ketika kami mulai membicarakan hal ini, kami seperti anak autis yang memiliki dunia kami sendiri. Siapa yang akan menikah duluan lah, Ingin jadi mantu presiden lah, ingin menikah di uluwatu Bali, sampai meyiapkan nama untuk anak-anak kami nanti. Konyol memang karena kenyataannya kami masih mahasiswi tingkat akhir, sedang stress menyusun skripsi, dan parahnya pacar pun kami belum punya.
Tapi kekonyolan ini akhirnya membuat saya berpikir, take it seriously deep into my mind, ketika salah satu sahabat saya tersebut bercerita bahwa pria yang sedang dekat dengannya saat ini (baca : tidak ada status pacaran diantara mereka) membawanya pada keluarganya dan memintanya secara langsung untuk menikah dengannya, tahun ini juga. Di saat yang sama, pria yang selama ini telah memiliki tempat khusus di hati sahabat saya itu (baca : tidak ada juga status diantara mereka), kembali datang dan membuat seluruh pertahanan yang dibuat runtuh, namun tidak menjanjikan apa-apa.
Jika hal ini terjadi pada Anda, apa yang Anda akan lakukan??Saya rasa ini bukan lagi bicara soal siap atau tidak siap kita menikah, tapi berubah menjadi yakin atau tidak yakin. Pertanyaan saya selanjutnya adalah, yakinkah kita pada pria yang datang melamar kita, bahwa he’s the one, prince charming yang Tuhan berikan buat kita.
Dilematis memang, tapi saya tidak bermaksud membuat Anda bingung. Atau kalau cerita sahabat saya persis seperti yang Anda alami saat ini, saya juga tidak bermaksud membuat Anda ragu. Tapi saya saat ini hanya ingin membuka sedikit mata Anda, para wanita muda yang akan melepas masa lajangnya, baik dalam waktu dekat ini atau pun nanti, bahwa pernikahan tidak hanya soal kesiapan, tapi juga keyakinan bahwa bersama dia-lah kita akan menghabiskan sisa hidup kita. Bersama dia-lah kita akan berbagi hidup, berbagi mimpi, buka mata tutup mata, tarik napas keluar napas kita habiskan bersamanya. Demi dia kita rela meninggalkan keluarga kita, demi dia kita rela melepaskan karir yang menjanjikan, dan demi dia juga kita rela melupakan mimpi-mimpi kita dan kembali menata mimpi yang baru bersamanya.
Hingga saat ini saya masih bertanya, Bagaimana caranya kita bisa yakin bahwa pria yang datang melamar kita itu adalah the one and only yang Tuhan berikan. Mungkin ini sedikit pelajaran yang dapat saya ambil dari kisah sahabat saya tadi, dan semoga saja bisa juga sedikit membuka pikiran Anda. first, saya yakin ketika seseorang itu datang dan bertanya would you marry me hati anda sudah tahu jawabannya. Masalahnya, apakah Anda mau mendengarkan suara hati Anda atau tidak. second, tubuh kita sebenarnya akan memberikan sinyal-sinyal tertentu untuk mengambil keputusan. Jadi belajarlah peka pada sinyal tubuh Anda. last but not least, hati-hati dengan apa pun yang kita ucapkan. Kita tidak akan pernah tahu kan apa yang akan terjadi besok, jadi kalau ternyata ucapan-ucapan konyol kita jadi kenyataan, tawa miris lah yang tersisa.
Tha...090309
inspired by my best friend’s life