Thursday, February 24, 2011

Dream..Believe it..Make it Happen




Dream, believe it, make it happen..
Kata-kata itu saya dapatkan dari hasil pembicaraan dengan seorang sahabat. Saya dan dia senang berbagi mimpi. Meskipun kami sering mendengar orang bilang "hari gini mimpi" atau "realistis aja deh sama kehidupan", tapi saya dan sahabat saya itu masih punya keberanian untuk memiliki mimpi.

Ternyata memiliki sebuah impian, sekecil apa pun itu, membutuhkan keberanian yang cukup besar. Saya masih melihat banyak orang tidak berani memiliki mimpi. Mereka terlalu takut mimpi mereka itu tidak tercapai dan takut kecewa. Akhirnya mereka memilih untuk tidak bermimpi dengan alasan hidup yang realistis. Lebih menyedihkan lagi karena ternyata pemikiran ini ditanamkan pada anak-anak mereka. Orang tua mengajarkan anaknya untuk sekolah atau kuliah supaya cepat kerja, cepat dapat uang. Malahan sebagian mereka bilang, kuliah pilih jurusan yang gampang saja, yang cepat lulus dan dapat kerja. Padahal kerja kan tidak melulu soal uang. Lalu kemana impian dan cita-cita yang si anak punya waktu kecil dulu, yang kepingin jadi dokter lah, atau jadi insinyur lah, atau jadi presiden. Semua cita-cita itu lalu dianggap angin lalu. Tidakkah mereka tau, Barrack Obama juga dulu dianggap bodoh waktu punya cita2 menjadi presiden, tapi karena cita-cita itulah kini beliau bisa memimpin negara adikuasa. Lalu sebut saja sejumlah tokoh besar seperti walt disney, Mozart, sampai Agnes Monica..semua pencapaian mereka dimulai dari sebuah mimpi.

Beberapa waktu yang lalu, adik sepupu saya bercerita kalau dia diterima di fakultas hukum. Kemudian dengan berapi-api dia cerita tentang impiannya menjadi pengacara hebat. Tapi tidak lama sesudah itu dia harus membuang mimpinya karena ayahnya bilang, "mau jadi apa nanti kalau kuliah hukum? kuliahnya lama, susah kerjanya, harus ambil S2, mahal. Kuliah yang pasti2 aja biar cepet dapet kerja." Sayangnya adik sepupu saya itu kurang berani berjuang untuk mimpinya, dan yang berikutnya saya dengar akhirnya dia memilih jurusan yang dipilihkan ayahnya.

Sedih rasanya mengetahui cerita ini terjadi begitu dekat dengan saya. Saya bersyukur saya masih berani memiliki mimpi dan berani berjuang untuk mewujudkannya. Saya juga bersyukur masih dikelilingi sahabat2 yang juga memiliki keberanian yang sama dan terutama memiliki orang tua yang masih mendukung dan menghargai apa pun yang saya putuskan. Meskipun saya tidak bisa menutup mata, ada orang yang dekat dengan saya, adik sepupu saya itu misalnya, yang memilih mengalah dengan realita.

But, hey, lagi-lagi..mimpi adalah soal keberanian juga. Berani untuk memiliki impian besar berarti berani untuk percaya, berani untuk berjuang dan mewujudkannya..
So, dream, believe it and make it happen, would you???



Wednesday, February 16, 2011

Tidak Ada yang Sia-Sia




Align Center
Hari ini tepat 4 bulan saya meninggalkan kota Bandung tercinta, meninggalkan sahabat-sahabat, keluarga dan zona nyaman saya menuju kehidupan baru, rutinitas baru dan teman-teman baru di Sukabumi.
Empat bulan ini bukanlah hal mudah buat saya, selain harus adaptasi dengan kota yang baru, yang jelas-jelas suasananya jauh berbeda dari Bandung (baca: sepiiii bgtttt), adaptasi juga dengan lingkungan baru, belum lagi harus jauh dari komunitas yang selama ini menjagai saya, ternyata butuh usaha ekstra untuk melaluinya.

But, lets we start dengan cerita kenapa saya bisa sampai di Sukabumi, kota yang selama ini hanya saya dengar waktu saya belajar geografi pas SMA dulu. Awalnya, seperti kebanyakan orang pada umumnya, setelah lulus kuliah, orang-orang berlomba untuk mencari pekerjaan. Saya termasuk salah satu dari orang kebanyakan itu. Rajin beli koran, hunting pekerjaan dari internet, ikutan tes dan interview ini itu.

Saya juga seperti kebanyakan orang pada umumnya, memiliki gambaran ideal tentang pekerjaan, sesuai dengan background studi saya, berkarya di masyarakat, dan sambil bekerja saya masih bisa mewujudkan mimpi saya untuk menjadi penulis.

Tapi inilah yang terjadi, hanya dalam waktu 2 bulan, bahkan saya diwisuda juga belum, saya dipanggil interview oleh sebuah bank swasta yang cukup besar. Bank tersebut menawarkan sallary yang lumayan, tempat kerja di luar kota (selama ini setiap kali saya berdoa tentang pekerjaan, saya selalu mendapatkan bahwa saya akan bekerja di luar kota), dan dukungan penuh dari keluarga.

Hanya butuh waktu satu minggu dari interview pertama sampai saya akhirnya diterima bekerja dan pindah ke Sukabumi. Kalau mau tahu seperti apa pekerjaan saya sekarang, saya beri sedikit gambaran. Saya bekerja di bank, menghadapi nasabah, membuat laporan yang isinya angka-angka, berhadapan dengan exel setiap saat, dan pastinya jauh berbeda dengan background studi saya, dan impian saya tentang pekerjaan

merekalah yang mengsi hari2 saya
selama beberapa bulan terakhir ini, di sukabumi

Hingga detik ini saya masih berpikir, apa sebenarnya yang bisa membawa saya demikian jauh menjalani ini semua. Bulan pertama saya bekerja, jujur yang ada dalam pikiran saya hanya resign dan resign. Saya selalu berpikir I’m not the right people in the right place. Belum lagi karena saya tinggal di mess dan agak-agak jauh ke mana-mana, ruang gerak saya sedikit terbatas. Saya harus meninggalkan sejenak dunia tulis-menulis yang saya cintai ini, bahkan saya sempat berpikir bahwa saya juga harus membuang jauh-jauh mimpi saya dan semua gambaran ideal saya tentang pekerjaan.

Tapi hei, 4 bulan sudah berlalu dan saya mau standing applause buat diri saya sendiri, karena saya bisa melalui ini semua dengan sempurna. Saya bilang sempurna karena saya bukan hanya berhasil melalui masa adaptasi saya, tapi juga bisa enjoy dengan pekerjaan saya, enjoy dengan teman-teman baru di sini, dan enjoy dengan kehidupan baru saya di Sukabumi.

Kalau kamu tanya apakah saya menyesal menerima pekerjaan yang awalnya tidak saya sukai sama sekali, jawabannya adalah tidak. Saya tidak pernah sedikit pun menyesal sekali pun ini semua bukanlah hal yang benar-benar saya inginkan. Di tempat ini saya belajar banyak, belajar mengenai dunia kerja yang sesungguhnya, belajar tentang kesederhanaan, belajar bersyukur dan pastinya lebih lagi mengalami penyertaan Tuhan dalam hidup saya.

Satu hal yang paling penting, saya belajar bahwa tidak ada yang sia-sia yang terjadi dalam hidup saya. Saya tidak pernah benar-benar membuang mimpi saya, yang ada di tempat ini saya memulai untuk mengejar mimpi saya kembali. Suatu hari nanti saya akan melihat dengan jelas tujuan Tuhan menempatkan saya di Sukabumi. Tidak ada yang sia-sia dan percayalah segala sesuatu terjadi pasti dengan tujuan yang terbaik.

Tha..070211..3 p.m.