Empat orang sahabat, dengan permasalahan yang sama-cinta, untungnya dengan pria yang berbeda..
Valentine sudah lama berlalu, rasanya kurang tepat membicarakan cinta. Kami, keempat sahabat ini juga bukan lagi anak ABG yang pantas membicarakan cinta-cintaan. Tapi hey, cinta itu kan tidak mengenal usia, tidak mengenal latar belakang, dan cinta berhak untuk dibicarakan, dirasakan, dan dinikmati oleh siapa saja. Termasuk kami.
Saya, dan ketiga sahabat saya ini memiliki cerita cinta masing-masing. Sebut saja mereka Debi, Cia, dan Kitti (nama sengaja disamarkan untuk menghindari amukan mereka karena kisahnya telah saya angkat di blog ini dan akan menjadi konsumsi publik :D). Saya mulai dari Debi, yang menurut saya paling berani di antara kami berempat soal urusan cinta. Dia pernah menembak pria yang dia suka, mengejarnya dan terobsesi pada pria itu cukup lama. Bagi kami wanita-wanita yang menempatkan harga diri terlalu tinggi, nembak cowo is a big no no. Makanya apa yang Debi lakukan waktu itu cukup spektakuler. Terakhir saya dengar dia akhirnya benar-benar jatuh cinta pada seseorang, tapi sayangnya menjadi orang ketiga dengan pria yang berbeda keyakinan dengannya.
Cerita Kitty lain lagi..Kitty lebih serius dalam hal menjalin hubungan. Mungkin karena cita-citanya untuk menikah muda, biasanya sih pria-pria yang dekat dengan Kitty dikenalkan pada orang tuanya. Hampir jarang saya dengar Kitty mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan. Rekor pacaran Kitty tidak terlalu banyak dan hubungan yang dijalin berlangsung lumayan lama. Kitty pernah juga menjalin hubungan dengan pria yang berbeda keyakinan dengannya. Tragisnya Kitty mengalami juga sad ending story, dia ditinggal pergi untuk selamanya oleh sang mantan yang ternyata masih menyayanginya sampai akhir.
Next, Cia..Kalau Cia sejujurnya saya sendiri tidak tahu terlalu banyak tentang kisah cintanya. Tapi yang saya dengar terakhir, Cia jatuh cinta pada pada si abang dari tanah Batak sana, anak pendeta, yang jelas-jelas tidak mungkin bersatu dengan Cia yang berbeda keyakinan dengannya.
Terakhir saya, yang paling jarang punya kisah cinta. Bahkan bisa dibilang rasanya jatuh cinta saja sudah lupa, tidak punya track record pacaran sama sekali, dan agak prinsipil dalam menjalin hubungan.
Saya si miss logic akhirnya harus menyerah pada yang namanya perasaan. Tragisnya dia yang beruntung itu (tetep narsis-red), berbeda keyakinan dengan saya.
Saya si miss logic akhirnya harus menyerah pada yang namanya perasaan. Tragisnya dia yang beruntung itu (tetep narsis-red), berbeda keyakinan dengan saya.
Ada yang bilang, sad ending dalam kisah cinta itu kalau cinta itu bertepuk sebelah tangan. Terus muncul lah lagu2 mellow yang menyayat hati, cinta tak harus memiliki (halah-red). Atau sad ending yang lain, ketika salah satu pihak menghianati cinta. Selingkuh atau pindah ke lain hati, dan muncul lagi lagu cinta lainnya yang juga masih menyayat hati. Tapi buat saya,the most sad ending story of love adalah waktu kedua belah pihak saling menyayangi tapi tidak bisa bersama karena perbedaan keyakinan. Sekeras apa pun kita berusaha, tidak adil rasanya memaksakan orang yang kita sayang mengikuti keyakinan kita, hanya agar tetap bisa bersama. Rasanya seperti memaksa memilih antara Tuhan saya atau dia yang kita cintai.
Sampai detik ini, saya masih belum menemukan jalan terbaik untuk masalah cinta pasangan yang berbeda keyakinan. Dulu waktu ketiga sahabat saya itu curhat tentang kisah cinta mereka pada pria yang berbeda keyakinan, saya pasti memberi saran, “lebih baik jangan dimulai, karena nanti sulit untuk diakhiri.” Tapi nyatanya ketika hal ini terjadi pada saya, saya sendiri tidak tahu kapan saya pernah benar2 memulainya. Yang saya tahu, saya sayang sama dia, entah sejak kapan dan entah bagaimana saya harus mengakhirinya. Akhirnya saya cuma bisa bilang, nasehat memang hanya untuk orang lain.
Tha..070811..10 p.m.
No comments:
Post a Comment