Tuesday, October 27, 2015

Hidup dengan Rasa Syukur






Siang tadi salah seorang teman datang ke kantor saya. “Enak ya kerja lo sekarang, gajinya gede, kerja nggak ada beban, nggak pernah lembur.” Saya hanya tersenyum dan malas menanggapi. Teman saya kayanya belum puas dan malah melanjutkan lagi, “Apalagi lo cewek, masih single jadi nggak pusing mikirin biaya ini itu, lo juga banyak kenalan orang-orang penting di kantor yang bisa bantuin lo. Nggak kaya gue, udah mentok, umur udah segini, udah kawin pusing mikirin anak, gaji juga segitu-gitu aja.”

Saya hanya bisa mengerutkan dahi, nggak menyangka dia bisa berpikiran seperti itu. Puji Tuhan kalau di mata dia saya happy, nggak ada beban, dan dianggap beruntung. And yes, I’m agree with him, I’m Happy with my life.  

Tapi dia nggak tahu aja tekanan yang saya hadapi di posisi saya yang baru sekarang yang sudah beberapa kali membuat saya hampir menyerah. Dia nggak tahu aja saya juga sering jenuh dengan pekerjaan, cape mengikuti aturan kantor yang nggak  jelas ujungnya. Saya juga kadang suka mengeluh dan envy dengan kehidupan orang lain yang sepertinya lebih ‘baik’ dari saya. Itu adalah hal yang manusiawi. Ketika akhirnya saya menyadari, saat di mana saya merasa ‘hidup saya kok gini-gini aja, sementara dia kok seru amat’ atau merasa ‘dia kok hoki banget, lancar-lancar aja hidupnya sementara kok gue nggak’, saat itu saya sedang tidak bersyukur.

Di saat saya merasa envy dengan kehidupan orang lain yang saya pikir ‘lebih beruntung’ ternyata ada orang lain yang justru envy sama saya dan bahkan mungkin ingin bertukar posisi dengan saya. Masalahnya seringkali kita menilai kebahagiaan dari apa yang belum kita miliki. Saya pasti lebih happy kalau saya punya mobil, punya rumah, punya karir yang mapan, dan lain-lain. Padahal kebahagiaan seharusnya dinilai dari apa yang kita miliki saat ini.

Kita punya pekerjaan, sesulit apa pun berbahagialah untuk itu, karena di luar sana masih banyak mereka yang berjuang mencari kerja. Kita punya keluarga, semenyebalkan apa pun, berbahagialah karena kita tidak sendirian. Dan kalau saya harus tuliskan satu per satu, rasanya ada begitu banyak hal yang saya miliki yang dapat membuat saya bahagia.

Kuncinya adalah menjalani hidup dengan rasa syukur. Melihat kehidupan orang lain nggak akan ada ujungnya, sampai kapan pun rumput tetangga akan selalu lebih hijau kan? Jadi kapan mau berbahagia kalau selalu melihat apa yang belum kita miliki? Mending berbahagia dengan apa yang ada pada kita sekarang.

Dan untuk teman saya tadi, saya juga berbahagia bisa mengenal dia, karena justru dari orang seperti dialah saya belajar lebih banyak bersyukur dalam menjalani hidup. Dan untuk kamu semua, jangan lupa bahagia ya ^^

Tha..27102K15..10 p.m.


3 comments:

  1. langsung mention nama temannya lahh.ha

    ReplyDelete
  2. Hahaha..janganlah bang,nama sengaja disamarkan. Anyway,mw bikin web tea laaahhhh

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete