Siang
tadi salah seorang teman datang ke kantor saya. “Enak ya kerja lo sekarang,
gajinya gede, kerja nggak ada beban, nggak pernah lembur.” Saya hanya tersenyum
dan malas menanggapi. Teman saya kayanya belum puas dan malah melanjutkan lagi,
“Apalagi lo cewek, masih single jadi nggak pusing mikirin biaya ini itu, lo
juga banyak kenalan orang-orang penting di kantor yang bisa bantuin lo. Nggak
kaya gue, udah mentok, umur udah segini, udah kawin pusing mikirin anak, gaji
juga segitu-gitu aja.”
Saya
hanya bisa mengerutkan dahi, nggak menyangka dia bisa berpikiran seperti itu.
Puji Tuhan kalau di mata dia saya happy, nggak ada beban, dan dianggap
beruntung. And yes, I’m agree with him, I’m
Happy with my life.
Tapi dia nggak tahu aja tekanan yang saya hadapi di
posisi saya yang baru sekarang yang sudah beberapa kali membuat saya hampir
menyerah. Dia nggak tahu aja saya juga sering jenuh dengan pekerjaan, cape
mengikuti aturan kantor yang nggak jelas
ujungnya. Saya juga kadang suka mengeluh dan envy dengan kehidupan orang lain yang sepertinya lebih ‘baik’ dari
saya. Itu adalah hal yang manusiawi. Ketika akhirnya saya menyadari, saat di
mana saya merasa ‘hidup saya kok gini-gini aja, sementara dia kok seru amat’
atau merasa ‘dia kok hoki banget, lancar-lancar aja hidupnya sementara kok gue
nggak’, saat itu saya sedang tidak bersyukur.
Di saat
saya merasa envy dengan kehidupan
orang lain yang saya pikir ‘lebih beruntung’ ternyata ada orang lain yang
justru envy sama saya dan bahkan
mungkin ingin bertukar posisi dengan saya. Masalahnya seringkali kita menilai
kebahagiaan dari apa yang belum kita miliki. Saya pasti lebih happy kalau saya
punya mobil, punya rumah, punya karir yang mapan, dan lain-lain. Padahal
kebahagiaan seharusnya dinilai dari apa yang kita miliki saat ini.
Kita
punya pekerjaan, sesulit apa pun berbahagialah untuk itu, karena di luar sana
masih banyak mereka yang berjuang mencari kerja. Kita punya keluarga,
semenyebalkan apa pun, berbahagialah karena kita tidak sendirian. Dan kalau
saya harus tuliskan satu per satu, rasanya ada begitu banyak hal yang saya
miliki yang dapat membuat saya bahagia.
Kuncinya
adalah menjalani hidup dengan rasa syukur. Melihat kehidupan orang lain nggak
akan ada ujungnya, sampai kapan pun rumput tetangga akan selalu lebih hijau
kan? Jadi kapan mau berbahagia kalau selalu melihat apa yang belum kita miliki?
Mending berbahagia dengan apa yang ada pada kita sekarang.
Dan untuk
teman saya tadi, saya juga berbahagia bisa mengenal dia, karena justru dari
orang seperti dialah saya belajar lebih banyak bersyukur dalam menjalani hidup.
Dan untuk kamu semua, jangan lupa bahagia ya ^^
Tha..27102K15..10
p.m.
langsung mention nama temannya lahh.ha
ReplyDeleteHahaha..janganlah bang,nama sengaja disamarkan. Anyway,mw bikin web tea laaahhhh
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete