Saya percaya tidak ada kebetulan di dunia ini. Ketika kita dihadapkan
pada pilihan yang sulit, ketika lingkungan sudah tidak lagi senyaman dulu,
ketika kita mengalami ketidakadilan atau kondisi yang sulit kita ubah, semuanya
itu pasti terjadi untuk suatu maksud tertentu.
Contoh sederhananya adalah yang sedang saya alami saat ini di kantor
tempat saya bekerja. Para pemimpin di kantor saya menggunakan alasan kondisi
ekonomi yang sedang lesu, kredit macet, dan efisiensi untuk kemudian melakukan
pengurangan pegawai. Mereka yang keluar adalah mereka yang dipaksa keluar,
memang memilih keluar atau karena alasan kontrak kerja yang sudah habis.
Sementara mereka yang bertahan adalah mereka yang memang terpilih karena
kinerja yang baik, mereka yang memang masih mau bekerja, dan mereka yang tidak
punya pilihan lain karena masih butuh pekerjaan.
Saya mungkin salah satu yang terpilih untuk tetap bertahan. Tapi saat
ini sejujurnya saya ada di titik mempertanyakan kembali kenapa saya bertahan.
Apakah karena butuh? Karena tidak memiliki pilihan lain? Atau karena saya takut
meninggalkan zona nyaman saya sekarang?
Saya akui ini mungkin merupakan zona ternyaman dalam hidup saya.
Penghasilan di atas rata-rata, lokasi kerja yang tidak jauh dari rumah, berada
dekat dengan keluarga dan teman-teman dan pekerjaan yang sudah saya kuasai
dengan baik (baca : sudah tidak belajar apa-apa lagi). Kemudian saya berhenti
belajar, saya melupakan mimpi-mimpi yang pernah saya miliki, saya bahkan
melewatkan beberapa kesempatan dengan anggapan pekerjaan di luar sana pun sama
saja.
Sampai beberapa waktu lalu saya berkesempatan ngobrol dengan beberapa
rekan kerja yang ‘dipaksa keluar’ oleh perusahaan. Mereka menyisakan kekesalan
dan kekecewaan untuk ketidakadilan yang mereka alami. Sekaligus ketakutan
karena kehilangan penghasilan. Tapi kemudian keadaan pun tidak menjadi lebih
baik bagi mereka yang masih bertahan. Beberapa dari mereka pada akhirnya
memutuskan resign bahkan sebelum mendapat pekerjaan baru.
Waktu saya tanya kenapa akhirnya keluar justru di saat banyak orang
yang mungkin menginginkan posisi kamu saat ini? Dengan tenang dia menjawab,
karena ini bukan yang terbaik untuk saya. I’ll
deserve better. Dengan mantap juga dia menjawab, saya yakin kesempatan
besar masih terbuka di luar sana.
Cerita lain datang juga dari seorang sahabat saya yang justru dengan
keadaan yang tidak stabil saat ini jadi berani untuk menata ulang hidup. Kalau
pun pada akhirnya memutuskan untuk keluar juga karena sudah tahu apa yang
dilakukan ke depannya. Mereka yang bicara dengan saya tadi adalah mereka yang
awalnya tidak pernah punya mimpi, kerja hanya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, work good, life good.
Cerita mereka menampar saya. Membuat saya pun ingin menata hidup
kembali. Mempertanyakan lagi untuk apa saya bekerja saat ini. Sekedar kerja
untuk cari makan? Atau untuk memberi nilai pada kehidupan? Kalau pun saya
bertahan, apa yang saya dapatkan?
Apa yang terjadi saat ini rupanya telah mengubahkan banyak hal. Mereka
yang tadinya dalam zona nyaman mulai berani memiliki mimpi besar, mereka yang
tadinya menjalani hidup dengan biasa-biasa mulai menata ulang hidup kembali,
dan bagi saya pribadi, saya jadi diingatkan kembali mimpi-mimpi yang saya harus
kejar. Well, segala sesuatu terjadi
memang untuk suatu maksud tertentu dan saya percaya itu semua pasti
mendatangkan kebaikan, sekarang atau pun nanti.
Bagi teman-teman saya yang mengalami perlakuan tidak adil, yang harus
kembali berjuang mencari pekerjaan, yang akhirnya ‘lulus’ lebih dulu dari
saya..tetap semangat kawan, ini bukan akhir segalanya. Jangan kehilangan
pengharapan, banyak hal baik yang menanti di luar sana. Dan bagi kita semua
yang masih bertahan, percayalah ada hal baik juga yang terjadi untuk kita saat
ini.
Tha..060316..7
p.m.