Tanggal 19 Juni kemarin hampir sebagian besar postingan di instagram,
twitter, dan berbagai media sosial lainnya berisi ucapan selamat hari ayah.
Saya sendiri juga baru tahu kalau tanggal 19 Juni itu dirayakan sebagai father’s day. Gara-gara itu saya jadi
tergerak dan ingin menulis sedikit tentang papa. Mungkin ini tulisan pertama
saya tentang papa. Saya juga jarang bercerita atau pun menuliskan sesuatu
tentang beliau. Selain karena memang saya jarang menghabiskan waktu dengan
papa, hubungan saya dengan papa juga bisa dibilang biasa-biasa aja. Kadang
lebih banyak berantemnya daripada akurnya. Lebih banyak beda pendapatnya,
daripada sepakatnya. Apalagi setelah kami nggak serumah, komunikasi kami pun
nggak se-intens dulu.
Papa itu mikirnya simple, saya lebih banyak pertimbangan. Papa itu
orangnya berantakan, saya lebih suka rapi dan bersihan. Papa itu cuek, saya
lebih sensitif. Apa yang bagi saya penting, kadang menurut papa itu hal yang
biasa aja. Semakin saya dewasa kami lebih banyak berdiskusi dan saling
menghargai pendapat masing-masing.
Saya paling suka momen ketika saya dan papa sedang berdua di mobil.
Bagi saya, setiap pagi saat papa mengantar saya ke kantor merupakan quality time kami berdua. I named it car talk. Kami kadang suka
ngobrol tentang apa saja, bisa tentang kerjaan, hobi, kondisi ekonomi sampai
ngomongin politik yang sebenarnya kita berdua nggak ngerti-ngerti amat. Papa
suka cerita tentang klub pecinta alamnya, yang saya balas cuma dengan
ngangguk-ngangguk atau gumaman nggak jelas. Saya juga suka cerita tentang film
atau buku yang saya baca, dan gantian papa yang berkomentar iya-iya aja.
Seingat saya papa jarang memberi nasehat atau memarahi saya. Kalau
saya mulai mengeluh tentang pekerjaan, papa hanya bilang kerja itu harus sabar,
harus jujur, rejeki pasti mengikuti. Saya suka cerita tentang impian-impian
saya. Tentang hal-hal yang ingin saya kejar, tempat-tempat yang ingin saya
kunjungi dan segala sesuatu yang saya inginkan. Papa tidak pernah sekalipun
menentang tapi tidak juga memaksakan saya mencapai itu semua. Tapi saya percaya
dalam diamnya, papa selalu mendukung saya.
Papa memang bukanlah orang yang perhatian, tapi dia selalu berusaha
meluangkan waktunya untuk mengantar jemput saya kemana pun selagi dia bisa.
Papa memang tidak selalu bertanya tentang keadaan saya atau pun masalah-masalah
yang saya hadapi, tapi dia selalu mendengar setiap kali saya bercerita dan
selalu menghargai setiap keputusan saya. Papa tidak menghujani saya dengan
harta melimpah, tidak memfasiltasi saya dengan hal-hal yang mewah, tapi hingga
seusia saya sekarang, papa tidak pernah sekalipun membiarkan saya kekurangan.
Tidak ada orang tua yang sempurna. Saya tidak perlu membandingkan papa
dengan papa-papa yang lain, karena saya tahu dia adalah yang terbaik yang Tuhan
berikan. Papa memberikan saya kepercayaan sehingga saya berani mengambil
keputusan dan mampu bertanggungjawab. Papa mengajarkan saya kesabaran,
kesetiaan, kerja keras bukan dengan kata-kata, bukan dengan nasehat tapi dengan
cara hidupnya yang saya lihat setiap hari.
Papa tetaplah papa, seorang yang akan selalu setia mengantar saya tiap
pagi ke kantor, membalas SMS saya hanya dengan jawaban ‘OK’ padahal saya sudah
ngetik panjang lebar, dan akan selalu diam-diam merokok kalau saya nggak liat. I can smell it dad, please deh..
Thanks for being my Dad, My
first love, and My superhero..Love you to the moon and back J
Tha..200616..9 p.m.
No comments:
Post a Comment