Wednesday, August 24, 2016

Dear Bride To Be.. From Bridesmaid To Be..








Beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan invitation ini. Jadi ceritanya, saya diminta jadi bridesmaid (lagi) oleh sahabat saya. Lalu dimulailah segala macam persiapan pernikahan mulai dari hunting baju, fitting, pilih ini itu dan segala keribetan lainnya. Berhubung sahabat saya ini nikahnya di luar kota, jadilah dari jauh-jauh hari pula saya sudah apply cuti, cari tiket murah (yang ini sih kebetulan lagi ada promo tiket agustusan), dan packing. Waktu lagi packing ini lah saya menemukan beberapa foto jadul bareng sahabat  yang akhirnya membuat fokus saya terdistraksi.


Kalau kamu lagi ngerjain sesuatu, bisa beberes atau buka-buka file di komputer terus nemu foto-foto jaman dulu dan akhirnya malah asyik nostalgia karena foto-foto itu, Tos..berarti kita sama. Gara-gara foto itu saya jadi flashback ke beberapa tahun yang lalu. Rasanya baru kemarin kami pakai baju putih abu-abu. Ngerjain PR bareng, main ke mall, ngecengin cowo-cowo lucu, nginep bareng dan begadang sampai pagi. Sekarang saya akan berdiri di sampingnya, menemaninya berjalan di altar untuk memasuki kehidupan yang baru bersama pilihan hidupnya.

Selama empat belas tahun kami bersahabat, dia adalah orang yang paling baik dan tulus yang pernah saya kenal. Dia selalu hadir ketika saya memerlukan bantuan. Dia yang tidak segan mengulurkan tangan, kapan pun pada siapa pun. Pelukannya selalu terbuka dan telinganya selalu sedia mendengar.

Dia itu seperti ibunya anak-anak. Kalau kami sedang ngumpul dan nginep di kost-nya, dia akan mengurus segala detail keperluan kami. Saya yang memang dasarnya nggak mau repot, seneng-seneng aja ada yang ngurusin dan tinggal tau beres.

Dia mungkin satu-satunya orang yang selalu menunjukkan sisi terbaik dari diri saya. Ada saatnya ketika saya bahkan membenci diri saya sendiri tapi dia tidak pernah sekalipun berhenti menjadi sahabat saya.

Kami berbagi mimpi, berbagi tawa, berbagi cerita. Saat saya pernah memiliki hubungan yang salah dengan seseorang, dia tidak pernah men-judge saya. Bahkan ketika ujung-ujungnya saya datang dan nangis-nangis sama dia, thanks God dia nggak ngomong ‘kan apa gue bilang, tahu rasa kan lo’. Dia cuma lebih sering menelepon, ngajak saya nginep di kost nya dan main ke sana-sini supaya saya sembuh dari patah hati.

Hubungan kami bukannya datar tanpa pasang surut. Berkali-kali saya jengkel, kesal, atau berbeda pendapat dengannya. Dia dan teman-teman barunya, saya dan kesibukan saya, dia dan komunitasnya, masing-masing menuntut perhatian kami. Tapi kami tetaplah sahabat yang tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan ketika bertemu.

Dan akhirnya, sampailah saya di hari ini. Hari yang paling berbahagia dalam hidupnya. Dulu kami pernah bermimpi tentang prince charming masing-masing. Dia selalu suka tipe cowo yang badboy, cool-cool galak dan susah ditebak. Berbeda dengan saya yang lebih suka tipe cowo yang helpfull dan cowo  911. Akhirnya semua impiannya tentang prince charming-nya terjawab sudah. Meskipun harus melalui doa panjang, curhat ngalor ngidul, sampai menyepi sendiri ke Bali. Saya lagi-lagi bersyukur pernah menjadi bagian di dalamnya.

Menjadi sahabatnya adalah hal terbaik yang saya alami sepanjang hidup saya. Dan mengantarkannya berjalan di altar nanti adalah hadiah sederhana yang dapat saya berikan. Semoga kamu berbahagia hey bride to be.. My pleasure to be part of your life.. Dan semoga ini adalah terakhir kalinya saya menjadi bridesmaid, next time giliran saya yang cari bridesmaid (uppss..malah curhat).
Love u to the moon and back, dear Ikong @heren_hernika

Abaikan foto blur dan muka jadul kami :)


Tha..240816..9 p.m.


No comments:

Post a Comment