Sunday, October 30, 2016

Happy 29th My Self








Ada yang berbeda dari ulang tahun saya kali ini. Secara spesial saya memberi hadiah untuk diri saya sendiri. Sebuah surat pengunduran diri. Sebetulnya keinginan untuk resign ini sudah seringkali muncul sejak lama. Surat resign pun sudah berkali-kali dibuat dan hanya tersimpan di desktop komputer tanpa pernah di print apalagi sampai di meja atasan. Alasan belum dapet kerjaan baru, takut nggak punya penghasilan dan takut jadi pengangguran pun kerap kali menahan saya menyerahkan surat resign ini.

Mungkin keputusan untuk resign ini merupakan salah satu keputusan terbesar dalam hidup yang pernah saya ambil. Hingga detik ini pun saya juga tidak tahu apakah ini keputusan yang paling tepat atau tidak.

Secara kebetulan, tepat sehari setelah saya menyerahkan surat pengunduran diri, saya bertemu dengan seorang teman lama.  Kami memang belum kenal terlalu lama, tapi ada beberapa orang yang memang tidak perlu waktu yang lama untuk merasa klik dan bisa sharing banyak hal termasuk hal-hal pribadi yang jarang bisa kita share dengan orang lain. Teman saya ini salah satunya. Dia cerita kalau dia juga baru saja mengajukan resign.

Kami ada di posisi yang sama. Sama-sama resign sebelum mendapatkan pekerjaan baru. Sama-sama sempat khawatir untuk hari-hari ke depan. Dan juga sama-sama sudah merasa ‘cukup’ di tempat kerja yang sekarang.

Saya kemudian bertanya, tepatkah keputusan yang saya ambil ini. Saya keluar justru di saat sedang tidak ada masalah apa-apa, ada di posisi yang cukup baik dengan penghasilan yang lumayan, dan beberapa teman mungkin bilang, “kenapa keluar Mit, kan enak bagian lu sekarang.” Jawabannya sederhana, saya selalu punya beribu alasan untuk resign dan selalu mencari-cari alasan untuk tetap bertahan.

Saya pastinya meminta pendapat orang-orang terdekat mengenai hal ini. Tapi semua pendapat mereka kembali lagi ke hati saya yang memutuskan. Di usia saya yang sekarang ini, tentunya porsi mendengarkan kata hati harus lebih banyak daripada mendengarkan apa kata orang. Bukan lagi tentang mencari jawaban dari luar, tapi lebih ke dalam diri kita sendiri.

Lalu sejauh mana keputusan yang kita ambil itu tepat atau tidak? Teman saya tadi bilang, kita nggak akan pernah tahu pilihan kita itu tepat atau tidak karena memang tidak pernah ada hal yang benar-benar tepat. Satu hal yang perlu kita percaya adalah apa pun keputusan yang kita ambil, Tuhan pasti sertai.

Tekanan-tekanan yang kita alami selama ini mungkin memang membuat kita berkembang, membuat kita belajar, tapi di sisi lain mungkin Tuhan ijinkan kita mengalaminya supaya kita move dan naik level.

Dan hari ini, tepat ketika angka di umur saya bertambah, saya belajar lagi hal baru. Pelajaran yang harus terus dilatih seumur hidup mungkin. Belajar percaya. Percaya bahwa Tuhan pasti memelihara. Percaya bahwa Tuhan pasti menyertai. Percaya bahwa sekalipun saya salah, Tuhan pasti punya rencana yang selalu mendatangkan kebaikan. 

Ulang tahun kali ini wish list saya sederhana, saya hanya ingin lebih banyak mendengarkan kata hati dan kata Dia yang menciptakan saya. Ingin lebih bahagia dari hari-hari sebelumnya dan memberi banyak kebahagian juga untuk mereka yang ada di sekeliling saya.

Happy birthday Self..More than just celebrating birthday, I’m totally celebrating life.

Tha..301016..7 p.m




Tuesday, October 25, 2016

Road Trip Jogja





Rasanya baru kemarin deh saya posting cerita jalan-jalan saya ke Jogja dan sekarang sudah balik untuk liburan ke sana lagi. Jadi ceritanya long weekend kemarin saya dan beberapa teman memutuskan untuk road trip ke Jogja. Kenapa road trip? Karena niatnya memang kami mau jalan santai sambil sesekali berhenti untuk icip-icip makanan enak di kota-kota yang kami lewati. Biarpun ujung-ujungnya kami cuma berhenti sekali buat makan sore di Asep strawberry daerah Garut. Selain itu sih karena harga tiket  mahal banget bok high season begini.

Berangkat Sabtu Sore dari Bandung, saya sampai di Jogja jam 2 subuh. Jadi saya istirahat dulu di hotel Ndalem Ngabean. Mau review sedikit tentang hotel ini. Ndalem ngabean berlokasi di Jalan Ngadisuryan, tidak jauh dari alun-alun kidul Jogjakarta. Menginap di Ndalem Ngabean rasanya seperti sedang berada di keraton karena arsitekturnya yang khas dengan nuansa Jawa yang kental. Kamarnya luas banget dan yang paling saya suka sih restorannya yang luas dan semi outdoor. Sarapan di sana suasananya adem, sejuk, dan pastinya bikin hati semangat untuk beraktivitas seharian ( ya iyalah kalau yang namanya liburan sih pasti semangat :D )



  area pendopo Ndalem Ngabean Hotel

View kamar Ndalem Ngabean Hotel

spot favorit, restonya yang luas dan menghadap ke pendopo

 Ada yang masih ingat film Java Heat yang dibintangi Atiqah Hasiholan? Salah satu adegannya mengambil latar di pendopo Ndalem Ngabean Hotel loh..


Tujuan saya ke Jogja kali ini adalah explore daerah pantai. Saya dan teman-teman langsung tancap gas ke daerah gunung kidul. Ada puluhan pantai yang berada di gunung kidul yang bisa diexplore. Kemarin saya mengunjungi pantai Baron, Pantai Sepanjang, dan Pantai Drini. Dari ketiganya favorit saya adalah Pantai Sepanjang. Di pinggiran pantainya banyak saung-saung untuk bersantai dan  menikmati makan siang. Menu paling pas untuk makan siang di pinggir pantai sudah pasti seafood. Dan beruntung kami menemukan warung makan yang bahkan nggak punya nama, yang menyajikan menu seafood yang cukup lengkap. Selain enak, harganya pun bersahabat banget. Soal makanan murah dan enak memang Jogja ini juaranya.


 Best View Pantai Sepanjang

Lobster saus padang dan saus mentega, endeuuzz banget (dan yang pasti murah, bottom line bgt ya hehehe)

Setelah makan dan puas foto-foto di pantai Sepanjang, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Drini yang lokasinya juga tidak jauh dari situ. Pantai Drini mengingatkan saya pada tanah Lot di Bali, versi lebih kecil. Ada batu karang besar yang letaknya agak di tengah, lalu kita beramai-ramai menyebrang pantai menuju batu karang tersebut. Bedanya setelah sampai di batu karang, nggak ada ular yang dikeramatkan dan nggak ada pemuka agama yang menempelkan beras di dahi kita ( itu sih Tanah Lot beneran).


 ini ceritanya nyebrang buat ke batu karang di pantai Drini, PR banget deh..

Overall, pantai-pantai di Jogja masih cukup bersih, tapi jangan berekspektasi seperti pantai di Bali atau di daerah timur lainnya ya. Sayangnya fasilitas dan pemeliharaan dari pemerintahnya masih kurang, jadinya agak bingung mau ngapain selain foto-foto, karena beberapa pantainya berombak cukup besar dan berbahaya untuk dipakai berenang.

Menjelang sore, kami kembali ke daerah kota. Saatnya kuliner. Makan apa saja kami? Mulai dari es krim tempo gelato yang lagi happening, oseng mercon, sampai bakmi Jawa. Sayangnya sate klatak yang sudah kami agendakan, terpaksa diskip karena sudah terlalu malam. Mungkin next time kalau jalan-jalan ke Jogja lagi (selalu ada aja alasan untuk balik ke Jogja).




Besok paginya, setelah sarapan dan mampir ke gudeg Yu Djum yang masih aja ngantrinya keterlaluan, kami langsung siap-siap pulang ke Bandung. Singkat banget sih memang liburannya, tapi cukuplah untuk melepas penat. Saya sih nggak kapok kalau diajak lagi road trip ke Jogja, mudah-mudahan yang nyetir juga nggak kapok ya..

Notes :

  • Ndalem Ngabean berlokasi di Jalan Ngadisuryan No. 6 Patehan, Kraton Kota Yogyakarta. Harga kamar berkisar antara Rp. 400.000/ malam
  • Es Krim IL Tempo Del Gelato ada di Kampung Bule Jogja, tepatnya di Jalan Prawirotaman No 43. Sebelum memesan, kamu bisa cicip-cicip dulu rasa es krim yang ada. 
  • Oseng mercon bisa kamu jumpai di sepanjang jalan-jalan di Jogja dengan konsep lesehan. Makanan ini cocok banget buat kamu yang doyan makanan pedas.
  • Gudeg Yu Djum dari jaman dulu memang sudah populer di kalangan wisatawan yang liburan ke Jogja. That's why antrinya suka agak keterlaluan. Beruntung sekarang sudah bisa pesan gudeg ini via gojek. Ini juga nggak sengaja saya lihat pas antri, saingannya sama bapak-bapak gojek semua. Tau gitu kan saya pesen pake gojek juga hehe.. 
Tha..251016..9 p.m.