Tuesday, December 6, 2016

Air Mata yang Dicicil




Tulisan saya ini terinspirasi dari seseorang yang sangat penting dalam hidup saya. Seseorang yang telah mengajarkan saya banyak hal dalam menjalani kehidupan. Bahkan seseorang yang telah memberikan kehidupan itu sendiri.

Dia selalu bangun lebih pagi dari yang lain, menyediakan makanan bagi seisi rumahnya. Dia selalu tidur paling larut hanya untuk memastikan seisi rumahnya telah tidur dengan nyenyak dan mendapatkan yang terbaik.

Dia adalah wanita karir yang hebat dalam pekerjaannya, tapi dia juga adalah ibu rumah tangga yang berhasil.
Dia memiliki waktu untuk melayani Tuhan di gereja, tapi dia juga selalu memiliki waktu untuk melayani kami di rumah.
Dia adalah seorang ibu yang tegas, tapi dia juga adalah sahabat yang baik.
Dia adalah pemimpin yang hebat di kantornya, tapi dia juga adalah istri yang menghormati suaminya.

Dia selalu menyediakan telinganya untuk mendengarkan setiap keluh kesah kami.
Dia selalu mengulurkan tangannya, siap memeluk kami.
Dia selalu memandang kami dengan penuh kehangatan.
dan dari mulutnya selalu terdengar perkataan yang membangkitkan semangat kami.

Saya rasanya hampir tidak pernah mendengar keluhan keluar dari mulutnya.
Bahkan ketika kanker menggerogoti tubuhnya, tidak pernah sekalipun saya dengar keluhannya.
Dalam sakitnya, justru dia semakin meyakinkan saya bahwa Tuhan itu ada untuk menyembuhkannya.
Ketika akhirnya kanker itu berhasil mengalahkannya, saya tahu dia tidak pernah kalah. Dia tidak pernah menyerah dalam menghadapi penyakitnya, dan saya tahu justru kanker itulah yang kalah karena telah gagal membuat semangatnya patah.

Dia tidak hanya mengajarkan saya matematika dan fisika, tapi dia juga mengajarkan saya tentang nilai-nilai kehidupan.
Dia tidak hanya memarahi saya ketika saya salah, tapi dia juga memeluk saya ketika saya terluka.
Dia ada ketika saya sakit, dia ada ketika saya pertama kali jatuh cinta, dia ada ketika saya berhasil, dan dia juga selalu ada di saat saya gagal.

Kini dia sudah tidak ada lagi bersama dengan saya.
Kepergiannya menyisakan cicilan air mata hingga saat ini.
Iya, saya baru tahu kalau air mata saja datangnya bisa dicicil.
Tidak meledak sekaligus kemudian habis dan berhenti.
Waktu dia pergi saya bahkan hanya menangis sebentar. Air mata saya tidak sebanyak ketika mendampinginya sewaktu sakit. Tidak juga sebanyak ketika melihatnya kesakitan setelah kemoterapi. Saya pikir mungkin karena air mata ini sudah habis.

Cicilan air mata ini datang ketika saya akan diwisuda. Datang juga di hari pertama saya bekerja. Cicilan air mata pun selalu datang di pagi hari ketika saya akan berangkat ke gereja untuk merayakan natal.

Sudah hampir sebelas tahun berlalu sejak kepergiannya
Cicilan air mata masih suka datang tiba-tiba di saat saya merindukannya
Tapi saya sudah bisa menikmati cicilan air mata ini dengan senyuman, karena saya tahu inilah yang dia inginkan, melihat saya selalu tersenyum.
Fisiknya mungkin mati, tapi dia akan selamanya hidup dalam hati saya.

Kalau ada yang tanya apa saya menyesal karena kini dia sudah pergi, jawabannya ‘saya tidak pernah menyesal’
Kalaupun ada yang saya sesalkan dari kepergiannya bukan karena dia yang pergi terlalu cepat, tapi karena saya tidak menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya.
Andaikan saja saya tahu dia akan pergi secepat ini, saya akan lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya, saya akan menemaninya setiap hari, saya akan merelakan waktu bersama teman-teman saya hanya untuknya.
Tapi waktu tidak akan pernah kembali lagi. Saya tahu saya harus melanjutkan hidup saya.

Saya akan lebih berani setelah dia tidak ada, karena dia yang selalu mengajarkan saya untuk berani menghadapi apa pun.
Saya tidak akan pernah berhenti bermimpi, karena dia juga yang mengajarkan saya untuk memiliki impian-impian besar.
dan saya tidak akan pernah berhenti mencintai, karena dia yang telah memenuhi hidup saya dengan penuh cinta.

Terima kasih untuk segalanya..
Untuk waktu-waktu yang pernah kita lalui bersama
Untuk setiap cicilan air mata yang datang karena membuat kenangan kebersamaan kita tetap hidup hingga saat ini.

dan saat ini dengan bangga saya katakan, bahwa dia adalah ibu saya.
I love u Mom, always.
Selamat hari ibu dan selamat natal untukmu mama, dan untuk semua ibu yang hebat yang pernah saya kenal.


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendie