Tulisan saya ini terinspirasi dari seseorang yang sangat penting dalam
hidup saya. Seseorang yang telah mengajarkan saya banyak hal dalam menjalani
kehidupan. Bahkan seseorang yang telah memberikan kehidupan itu sendiri.
Dia selalu bangun lebih pagi dari yang lain, menyediakan makanan bagi
seisi rumahnya. Dia selalu tidur paling larut hanya untuk memastikan seisi rumahnya
telah tidur dengan nyenyak dan mendapatkan yang terbaik.
Dia adalah wanita karir yang hebat dalam pekerjaannya, tapi dia juga
adalah ibu rumah tangga yang berhasil.
Dia memiliki waktu untuk melayani Tuhan di gereja, tapi dia juga
selalu memiliki waktu untuk melayani kami di rumah.
Dia adalah seorang ibu yang tegas, tapi dia juga adalah sahabat yang
baik.
Dia adalah pemimpin yang hebat di kantornya, tapi dia juga adalah
istri yang menghormati suaminya.
Dia selalu menyediakan telinganya untuk mendengarkan setiap keluh kesah
kami.
Dia selalu mengulurkan tangannya, siap memeluk kami.
Dia selalu memandang kami dengan penuh kehangatan.
dan dari mulutnya selalu terdengar perkataan yang membangkitkan
semangat kami.
Saya rasanya hampir tidak pernah mendengar keluhan keluar dari
mulutnya.
Bahkan ketika kanker menggerogoti tubuhnya, tidak pernah sekalipun
saya dengar keluhannya.
Dalam sakitnya, justru dia semakin meyakinkan saya bahwa Tuhan itu ada
untuk menyembuhkannya.
Ketika akhirnya kanker itu berhasil mengalahkannya, saya tahu dia
tidak pernah kalah. Dia tidak pernah menyerah dalam menghadapi penyakitnya, dan
saya tahu justru kanker itulah yang kalah karena telah gagal membuat
semangatnya patah.
Dia tidak hanya mengajarkan saya matematika dan fisika, tapi dia juga
mengajarkan saya tentang nilai-nilai kehidupan.
Dia tidak hanya memarahi saya ketika saya salah, tapi dia juga memeluk
saya ketika saya terluka.
Dia ada ketika saya sakit, dia ada ketika saya pertama kali jatuh
cinta, dia ada ketika saya berhasil, dan dia juga selalu ada di saat saya
gagal.
Kini dia sudah tidak ada lagi bersama dengan saya.
Kepergiannya menyisakan cicilan air mata hingga saat ini.
Iya, saya baru tahu kalau air mata saja datangnya bisa dicicil.
Tidak meledak sekaligus kemudian habis dan berhenti.
Waktu dia pergi saya bahkan hanya menangis sebentar. Air mata saya
tidak sebanyak ketika mendampinginya sewaktu sakit. Tidak juga sebanyak ketika
melihatnya kesakitan setelah kemoterapi. Saya pikir mungkin karena air mata ini
sudah habis.
Cicilan air mata ini datang ketika saya akan diwisuda. Datang juga di
hari pertama saya bekerja. Cicilan air mata pun selalu datang di pagi hari
ketika saya akan berangkat ke gereja untuk merayakan natal.
Sudah hampir sebelas tahun berlalu sejak kepergiannya
Cicilan air mata masih suka datang tiba-tiba di saat saya
merindukannya
Tapi saya sudah bisa menikmati cicilan air mata ini dengan senyuman,
karena saya tahu inilah yang dia inginkan, melihat saya selalu tersenyum.
Fisiknya mungkin mati, tapi dia akan selamanya hidup dalam hati saya.
Kalau ada yang tanya apa saya menyesal karena kini dia sudah pergi,
jawabannya ‘saya tidak pernah menyesal’
Kalaupun ada yang saya sesalkan dari kepergiannya bukan karena dia
yang pergi terlalu cepat, tapi karena saya tidak menghabiskan waktu lebih banyak
bersamanya.
Andaikan saja saya tahu dia akan pergi secepat ini, saya akan lebih
banyak menghabiskan waktu bersamanya, saya akan menemaninya setiap hari, saya
akan merelakan waktu bersama teman-teman saya hanya untuknya.
Tapi waktu tidak akan pernah kembali lagi. Saya tahu saya harus
melanjutkan hidup saya.
Saya akan lebih berani setelah dia tidak ada, karena dia yang selalu
mengajarkan saya untuk berani menghadapi apa pun.
Saya tidak akan pernah berhenti bermimpi, karena dia juga yang
mengajarkan saya untuk memiliki impian-impian besar.
dan saya tidak akan pernah berhenti mencintai, karena dia yang telah
memenuhi hidup saya dengan penuh cinta.
Terima kasih untuk segalanya..
Untuk waktu-waktu yang pernah kita lalui bersama
Untuk setiap cicilan air mata yang datang karena membuat kenangan
kebersamaan kita tetap hidup hingga saat ini.
dan saat ini dengan bangga saya katakan, bahwa dia adalah ibu saya.
I love u Mom, always.
Selamat hari ibu dan selamat natal untukmu mama, dan untuk semua ibu
yang hebat yang pernah saya kenal.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama
Jia Effendie
No comments:
Post a Comment