Thursday, July 13, 2017

Movie Review Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody





Di postingan saya sebelumnya yang ini, saya sempat cerita kalau filosofi kopi 2 jadi film yang saya tunggu-tunggu sejak lama. Alasannya simple sih, karena karakter Ben, Jody dan cerita persahabatan mereka yang meninggalkan kesan special buat saya.

Seneng banget, tanggal 12 Juli kemarin saya berkesempatan ikutan meet and greet sekaligus gala premierenya di Bandung. Bisa ketemu langsung sama dua aktor keren, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto, yang tidak hanya bersahabat di film tapi juga dalam kesehariannya, menjadi pengalaman yang cukup menyenangkan.

Berbeda dengan filosofi kopi pertama yang diangkat dari kumpulan cerpen karya Dee Lestari dengan judul yang sama, kali ini filosofi kopi 2 adalah hasil pengembangan cerita dari penonton melalui lomba #NgeracikCerita.

Filosofi kopi 2 : Ben dan Jody, masih bercerita soal ambisi Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto) yang kembali untuk membuka kedai kopi di Jakarta, setelah dua tahun sebelumnya menjual kedai dan berkeliling Indonesia dengan combie untuk mengenalkan kopi terbaik. Kalau soal sinopsis lengkap, silakan kamu bisa googling sendiri ya karena sudah banyak juga yang nulis di internet.

Kalau di Filosofi Kopi yang pertama hadir El (Julie Estelle) yang mewarnai persahabatan Ben dan Jody, kali ini ada tokoh-tokoh baru yaitu Tara (Luna Maya) yang muncul sebagai investor yang ikut terjun untuk membuka kedai di Jakarta dan Brie (Nadine Alexandra) barista lulusan Melbourne yang di awal cerita selalu berselisih dengan Ben. Kehadiran dua tokoh wanita di film ini memberikan warna baru bagi cerita yang pastinya lebih segar dengan bumbu cinta segi empat di antara mereka. Bagi saya pribadi sih nuansa drama percintaannya kurang terasa, adegan-adegan komedi romantisnya juga terasa kurang, mungkin memang sengaja dihadirkan hanya sebagai pelengkap.

Source : Facebook/Filosofi Kopi

Bicara soal chemistry antar pemain jelas paling kuat dirasakan antara Chicco dan Rio. Nggak banyak film yang sukses mengangkat cerita persahabatan ala-ala bromance di Indonesia. Mungkin kalau kamu pernah nonton bromance seperti Joey&Chandler (serial Friends), Dominic Toretto&Brian O’Connor (The Fast and Furious), Harry Potter&Ron Weasley, Boy&Andi (Catatan si Boy – jadul banget, jadi ketauan umurnya deh), Ben dan Jody ini bisa menjawab kerinduan kita dengan cerita persahabatan antar cowok-cowok yang maskulin, lucu, dan punya impian masing-masing.

Source : Facebook/Filosofi Kopi

Yang saya suka dari Filosofi kopi 2, karakter Ben dan Jody mengalami perkembangan. Persahabatan mereka lebih mature, lebih berani untuk memperjuangkan mimpi masing-masing tanpa mengorbankan persahabatan.

“Memang salah ya kalau kita memperjuangkan apa yang pantas jadi milik kita?“ 
"Jod, nggak semua hal lo harus mengalah dari Ben. Kayak dulu lo mengalah soal El.” 

Salah seorang sahabat saya pernah menulis ini di caption Instagramnya :
Dalam setiap hubungan pasti ada pasang surutnya. Mau itu dengan pasangan, orang tua, apalagi sahabat. That’s what makes your relationship alive. Yang terpenting adalah apa yang kita lakukan ketika hubungan itu sedang turun? Meminta maaf, menghubungi mereka, mengiyakan ajakan bertemu, tetap menjadi diri sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik. When you lose their track, catch up. Cause real friends don’t have to talk everyday, but when you call, they answer.

Seperti Ben dan Jody yang tidak selalu bersama karena pada akhirnya tetap harus melanjutkan hidup masing-masing, tapi persahabatan mereka tetap kuat adanya.

Habis nonton ini saya sih jadi inget sahabat-sahabat saya, my support system yang sekarang mungkin udah mencar ke mana-mana, yang kadang berantem tapi tetep nggak bisa marah lama-lama. Jadi inget papa juga (adegan antara Ben dan bapaknya juga keren banget di film ini), yang nggak ada so sweet-so sweet nya sama sekali tapi saya tahu dia sayang banget sama saya.

So guys, enjoy the movie with your special one, bisa sahabat, keluarga, pacar, atau kalau pun harus dinikmati sendiri, film ini dapat dinikmati layaknya kamu menikmati secangkir kopi favorit. Karena setiap hal yang punya rasa, pasti punya nyawa.





Friday, July 7, 2017

Menelusuri Indahnya Desa Tenganan, Bali





Terakhir kali saya jalan-jalan ke Bali beberapa waktu yang lalu, saya banyak nyobain hal baru. Mulai dari berburu seafood di pasar yang sudah saya ceritakan di sini, dan mengunjungi salah satu desa tradisional di Bali, yaitu desa Tenganan. Terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem atau berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar, Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran.

Bali Aga atau Bali asli adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup tradisional yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunannya, pengaturan letak bangunan hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat secara turun temurun (source : wikipedia).