Terakhir kali saya jalan-jalan ke Bali beberapa waktu yang lalu, saya
banyak nyobain hal baru. Mulai dari berburu seafood di pasar yang sudah saya
ceritakan di sini, dan mengunjungi salah satu desa tradisional di Bali, yaitu
desa Tenganan. Terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem atau
berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar, Desa Tenganan merupakan salah
satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran.
Bali Aga atau Bali asli adalah desa yang masih mempertahankan pola
hidup tradisional yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar
bangunannya, pengaturan letak bangunan hingga letak pura dibuat dengan
mengikuti aturan adat secara turun temurun (source : wikipedia).
Memasuki kawasan desa Tenganan, saya disambut dengan suasana yang
sejuk, asri, dan damai. Desa Tenganan ini bukan desa yang gede-gede amat kok,
kurang dari satu jam kamu sudah bisa mengelilingi seluruh area desa. Sebagian
besar penduduknya berprofesi sebagai petani padi dan membuat aneka kerajinan
seperti lukisan di atas daun lontar, kerajinan dari telur, ukiran kayu dan kain
geringsing.
Saya sempat ngobrol dengan Pak Made, salah satu pengrajin lukisan di
atas daun lontar. Katanya Desa Tenganan ini memang belum seterkenal desa-desa
wisata lainnya di Bali, tapi setiap tahunnya pengunjungnya terus bertambah.
Penduduk di sini juga masih memegang adat dengan menikah antar sesama warga
desa. Bahkan sebagian besar penduduknya juga masih menggunakan sistem barter
untuk jual beli. Keren ya, di tengah kemajuan pariwisata Bali yang semakin
ramai dengan wisatawan asing, banyaknya beach club dan cafe-cafe yang hits di
Bali, tapi masih ada desa yang tetap bertahan dengan adatnya.
Sambil menunggu lukisan daun lontar saya dibuatkan oleh Pak Made,
beliau bercerita lagi kalau penduduk di sini biasanya ke luar setiap sore hari,
berkumpul di depan rumah masing-masing atau di pendopo. Biasanya sekitar bulan
Juni diadakan upacara adat pesta perang pandan. Kayanya seru banget, sayang
saya belum sempat ke sini saat upacara berlangsung.
Di desa Tenganan belum tersedia penginapan atau homestay, juga tidak
ada kendaraan umum untuk menuju ke sana. Jadi kalau kamu mau berkunjung ke desa
ini, perlu menyewa motor atau mobil pribadi.
Oh ya, untuk masuk area desa Tenganan tidak dikenakan biaya tiket
masuk. Di loket pintu masuk kita hanya diminta memberikan sumbangan sukarela
kepada petugas.
Senang rasanya punya kesempatan bisa berkunjung ke desa Tenganan,
semoga suatu saat bisa ke sini lagi terutama ketika ada upacara adatnya. Kalau
kamu gimana? Yuk berkunjung juga ke desa Tenganan.
No comments:
Post a Comment