Monday, February 25, 2019

Atur Keuangan Tanpa Bikin Pusing






Tidak terasa, bulan Januari lalu saya resmi 3 tahun menjalani hidup sebagai freelancer dan memberanikan diri membuka bisnis sendiri. Ternyata kehidupan sebagai seorang freelancer memang penuh tantangan. Tidak ada lagi tanggal gajian yang ditunggu-tunggu karena pemasukan bisa datang tanggal berapa saja. Tidak ada lagi tanggal THR atau bonus yang membuat rekening mendadak gendut, tapi berganti dengan proyekan-proyekan yang berbeda nilainya.

Kendati menjanjikan kehidupan yang ‘free’, bisa bekerja dari mana saja, tidak terikat waktu dan tempat namun menjadi freelancer bukanlah hal yang sepele. Kadang ada proyek-proyek bernilai besar yang pendapatannya bisa berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan kerja kantoran dulu. Tapi kadang ada masa-masanya sepi, di mana saya harus terus kreatif mutar otak gimana caranya usaha tetap jalan dan dapur bisa terus ngebul.

Pengalaman selama tiga tahun ini membuat saya sadar dan mengerti pentingnya mengatur keuangan bagi para freelancer, teman-teman yang baru memulai usaha atau memiliki income yang tidak tetap seperti saya. Jangan sampai ketika invoice dari satu proyek besar cair, kita merasa kaya raya dan langsung foya-foya. Bulan-bulan berikutnya terpaksa ngutang karena nggak ada pemasukan. Duh, jangan sampai deh kayak gitu.

Makanya saya ingin berbagi cara jenius mengatur keuangan pribadi yang selama ini saya terapkan agar cashflow keuangan lancar dan hati senang. Ini dia :

1.    Tentukan skala prioritas


Meski kelihatannya simple, membuat skala prioritas ternyata penting loh. Sebagai freelancer akan tiba saatnya kamu dapat rejeki gede yang bisa bikin kamu langsung beli HP seri terbaru yang selama ini hanya jadi angan-angan. Tapi akan juga tiba saatnya transferan macet dan proyekan sepi. Nah, pakai kelebihan uang itu untuk memenuhi kebutuhan yang diprioritaskan. Sebelum beli HP keluaran terbaru, coba cek pengeluaran wajib bulan ini sudah terpenuhi atau belum. Sebelum belanja ini itu, tanyakan lagi sama diri sendiri apakah kita memang benar-benar membutuhkan barang tersebut? Worth it nggak sih menghabiskan uang dengan nilai sekian untuk makan di kafe mahal?

Kok kesannya susah banget, ya? eits, jangan galau dulu. Bukan berarti nggak boleh ya belanja barang yang kita mau atau makan enak di restoran mewah. Enaknya jadi freelancer itu kan bisa kerja di mana saja. Saya juga paling suka nulis di kafe sambil ngopi-ngopi. Inspirasi biasanya lancar, tulisan pun kelar. Tapi nggak tiap kali saya nulis harus di kafe juga, kan. Sesekali boleh lah pastinya memberi reward pada diri sendiri. Intinya balik lagi ke skala prioritas. Kita tahu membedakan mana yang penting, yang mendesak, dan yang bisa ditunda atau digantikan dengan alternatif lain.


2.    Membuat anggaran tiap pos keuangan

Kalau sudah tahu skala prioritas, langkah selanjutnya adalah membuat anggaran keuangan atau budgeting. Simple-nya, saya membaginya ke beberapa pos seperti : Biaya rutin (belanja bulanan, transportasi, pulsa&internet, asuransi, dll), kebutuhan senang-senang (traveling, nonton, social life), dan tabungan. Lebih detail tentu lebih baik. Belakangan pengaturan anggaran keuangan ini jadi lebih mudah sejak menggunakan jenius. Saya bisa atur pos-pos pengeluaran dengan fitur-fitur yang ada di jenius.
Kalau sebelumnya setiap kali belanja kadang suka nggak terkontrol, lihat diskonan dikit langsung gesek kartu debit nggak pake mikir. Pas cek rekening tahu-tahu baru sadar deh kalau pengeluaran sudah overlimit. Nah, untungnya jenius punya fitur Card Center, di mana saya bisa mengatur saldo kartu sesuai kebutuhan. Tinggal atur saja limit belanja dan limit penarikan harian kartu debit jenius. Jadi nggak perlu lagi khawatir kebablasan.

3.    Sisihkan dana darurat


Namanya freelancer, ya nggak ada tuh asuransi kesehatan, dana pensiun, dan fasilitas lain yang biasanya diperoleh orang kantoran. Makanya mesti pinter-pinternya kita menyisihkan dana untuk keperluan yang tak terduga. Nggak ada yang tahu kan besok atau lusa ada saudara atau mungkin kita sendiri yang sakit (bukan ngedoain, ya), atau tiba-tiba kendaraan kita rusak dan minta ‘jajan’. Semua pengeluaran besar tanpa rencana itu perlu disiapkan juga dananya. Saya biasanya pakai fitur Flexi Saver dari jenius untuk kebutuhan ini. Tabungan fleksibel berbunga setara deposito yang bisa disetor dan ditarik kapan saja. Jadi nggak perlu dibikin jantungan kalau misalnya kita butuh dana darurat sewaktu-waktu.



4.    Jangan lupa nabung, nabung, nabung


Sejak kecil saya sudah diajarkan hemat itu pangkal kaya, dan solusinya adalah dengan memiliki tabungan atau investasi. Kalau menginginkan sesuatu, saya membiasakan diri dengan menabung, bukan dengan mengambil kredit atau berhutang. Misalnya ingin traveling ke suatu tempat, saya nabung untuk beli tiket dan biaya perjalanannya. Ingin beli HP, kamera, laptop, dll. Ya nabung dulu sampai dananya cukup. Enaknya sekarang ada fitur Dream Saver di Jenius. Saya bisa atur sendiri tujuan menabungnya apa, berapa banyak, dan jangka waktu menabungnya berapa lama.

Nggak cuma untuk urusan pengaturan keuangan sehari-hari saja, untuk keperluan perbankan lain pun saya sangat terbantu dengan menggunakan jenius. Transfer uang, bayar tagihan, top up saldo e-wallet, sampai buka deposito bisa saya lakukan hanya lewat smartphone. Dan yang bikin lebih happy, semuanya itu bebas biaya admin. Seneng kan kalau bayar sana-sini nggak harus kena tambahan biaya lagi. Hidup kayaknya jauh lebih mudah dan bebas ribet. Nggak ada lagi alasan nggak bisa ngatur uang atau pengeluaran yang kebablasan karena sekarang semua bisa diatur pakai cara Jenius.

Ini cara saya mengatur keuangan dan menjalani #hari2jenius. Kalau kamu gimana? Punya cerita juga nggak? Yuk share cerita kamu di https://www.cocreate.id/ website resmi Co.Create Jenius. Selamat berbagi dan menginspirasi.




No comments:

Post a Comment