Saturday, October 29, 2011

Happy 24th birthday Mita Octavacarani..





Thank you Jesus for today..untuk 24 tahun terindah yang telah Engkau berikan. Hari ini tepat 24 tahun saya menjalani kehidupan (yah walaupun saya menuliskan postingan ini dua hari lebih cepat, karna takutnya pas hari H, saya malah sibuk ini itu dan tidak sempat mengabadikan hari bersejarah saya ini lewat tulisan hehe..), dan tepat di usia saya yang bertambah satu tahun, saya ingin mendedikasikan tulisan saya ini untuk mereka yang telah berjasa besar dalam hidup saya. Untuk mereka yang telah membuat hidup saya menjadi lebih berwarna dan membuat saya menjadi seperti sekarang ini.

Sama seperti artis-artis hollywood yang menang piala Oscar atau artis-artis Indonesia yang menang panasonic award, mereka biasanya menyampaikan pidato ucapan terima kasih. Kali ini ijinkan saya untuk melakukan hal yang sama. Well, okay saya memang bukan artis dan saya juga tidak sedang memenangkan penghargaan apa pun, tapi tidak ada salahnya dong berterima kasih untuk setiap hal baik yang saya alami dan saya terima selama 24 tahun kehidupan saya...
Buat mama Elly, yang sudah berjuang melahirkan Mita ke dunia. Buat setiap kesabaran, setiap didikan, semangat dan cinta yang telah menjadikan Mita seperti sekarang ini. Biarpun mama sudah pergi lebih dulu, tapi semangat dan cinta mama masih hidup dan bisa Mita rasakan sampai saat ini. Love you mom..
Papa dan tante Erna, untuk kedewasaan yang kalian ajarkan, untuk dukungan dan kepercayaan yang membuat Mita bisa kuat dan mandiri.
Oma, biya, bina, dan mang Nanan, untuk setiap perhatian dan kasih yang kalian berikan, kalian membuat Mita tahu bahwa sejauh apa pun Mita pergi, Mita tahu Mita selalu punya tempat untuk kembali. Tempat yang selalu bisa Mita sebut rumah dan itu adalah di samping kalian.
Sahabat-sahabat yang luar biasa, Ika, Felly, Ka Flo, Bang Roy..kalian membuat Mta mengerti bahwa kalian adalah sahabat-sahabat sejati, hadiah terindah yang Tuhan berikan. Sesering apa pun kita bertemu dulu, kita ngga pernah kehabisan bahan pembicaraan dan sekrang sekalipun pertemuan menjadi sesuatu yang sangat mahal buat kita, Mita nggak pernah ngerasa sedikit pun canggung bersama kalian. Bersama kalian Mita tidak ragu untuk berbagi mimpi, berbagi cerita, bahkan berbagi sisi tergelap dalam kehidupan Mita.
Ira, Kitting, Icha, Kikiw, Oline, kalian sepeti secangkir green tea frapucino starbucks yang manis, menyegarkan saat cuaca panas, selalu ngangenin dan membuat Mita mau lagi, mau lagi, mau lagi. Buat Mita persahabatan dengan kalian adalah persahabatan yang manis, menyegarkan, fun, dan membuat Mita nyaman. Kalian selalu tahu kapan saatnya Mita ingin diam, tidak pernah memaksa Mita bercerita tapi selalu mendengar setiap kali Mita bercerita. Bersama kalian ngobrolin politik dan kondisi negara sama serunya kaya ngobrolin cowo ganteng dan tas hermes.
Anak-anak mess sukabumi, yang super duper limited edition. Segimana pun membosankannya kerja di kota kecil yang nggak punya mall dan bioskop, segimana pun jenuhnya harus kerja tiap weekend, kalian yang membuat hari-hari Mita di sukabumi jadi terasa lebih berwarna. Ibu kos Siska, Itamar yang hobinya tidur, Veli yang bawel, Nene yang polos, Tupi si sulung yang gokil, Mas Ron dengan chocochips andalan, Mami Eben, Papi Jameson, dan temen-temen Mess lainnya yang ngga akan pernah bisa Mita lupain.
Agustian Gandi, dul ku sayang, dul 911 yang alarm nya selalu bunyi tiap kali Mita butuh bantuan. Pernahkan kamu tahu dul, bahwa Mita selalu ngerasa tenang dan yakin semuanya akan baik-baik aja asalkan ada kamu.
Last but the most important, My Jesus, My Lord, My savior, My best friend..karena Engkaulah yang memberikan mereka semua yang Mita sebutkan di atas masuk dalam kehidupan Mita, mewarnai hari-hari Mita dan mendatangkan kebaikan atas hidup Mita.
Thank you Jesus..thank you for the wonderfull life..and last happy birthday for me, wishing me all the best and may my dream come true.
Tha..301011..1 p.m.


Thursday, September 29, 2011

My Sister's Keeper




Weekend lalu saya dan beberapa teman menghabiskan waktu dengan marathon dvd, ritual yang biasa kami lakukan tiap weekend kalau terpaksa bekerja, terjebak di mess dan tidak bisa pergi kemana-mana saat akhir pekan. Salah satu film yang kami tonton dan cukup berkesan buat saya adalah My sister’s keeper, film yang diangkat dari sebuah novel karya Jodi Picoult dengan judul yang sama.

Film ini bercerita tentang kisah seorang gadis bernama Anna, yang sengaja dilahirkan untuk menjadi donor bagi kakaknya, Kate yang menderita leukemia. Sejak Anna lahir dia harus mendonorkan darahnya, sumsum tulang, dan yang terakhir Anna harus mendonorkan salah satu ginjalnya. Saat itulah Anna akhirnya berjuang, mencari pengacara untuk menuntut kebebasan atas tubuhnya sendiri. Anna ingin bebas dari kewajibannya menjadi penjaga Kate.

Ada dua pelajaran baru yang saya dapat dari film ini..
Pertama, sewaktu akhirnya terungkap alasan sebenarnya Anna mencari pengacara dan membawa kasusnya ke pengadilan, bahkan sampai harus berjuang melawan ibunya sendiri. Ternyata bukan karena ingin mendapatkan kebebasan atas tubuhnya sendiri atau karena Anna sudah lelah terus menolong Kate, Tapi hal ini semata-mata Karena Kate sendiri lah yang memintanya. Kate ingin Anna berhenti menolongnya, berhenti menjadi donor untuknya. Sekalipun keinginan Kate ini bisa membahayakan dirinya sendiri dan membawanya pada kematian. Selintas terlihat Kate sepertinya sudah menyerah, tidak mau berjuang lagi untuk hidup. Tapi kadangkala memang ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah dan perjuangan sesungguhnya bukanlah untuk mengubah keadaan itu, tapi berjuang untuk menerima keadaan. Tidak selamanya menyerah itu berarti pasrah dan berhenti berjuang. Saya pikir kadangkala kita perlu tahu kapan saatnya kita berhenti berjuang mengubah keadaan, dan mengubah perjuangan itu menjadi keikhlasan untuk menerima keadaan.
Saya jadi teringat sebuah doa, serenity prayer, bunyinya seperti ini :
Tuhan berilah saya keberanian untuk dapat mengubah hal-hal yang dapat saya ubah
Kedamaian untuk dapat menerima hal-hal yang tidak dapat saya ubah, dan kebijaksanaan untuk dapat mengetahui perbedaan di antara keduanya. Amin.

Pelajaran kedua yang dapat saya petik dari film ini adalah tentang perpisahan. Perpisahan biasanya selalu mendatangkan kesedihan, apalagi jika perpisahan itu disebabkan kematian. Tapi tidak selamanya perpisahan adalah hal yang buruk. Di akhir cerita film ini, Anna berkata bahwa kematian Kate justru menjadi kehidupan bagi yang lain. Ibunya bias kembali bekerja dan tidak perlu terikat untuk mengurus Kate. Ayahnya bias beralih profesi yang sesuai dengan passionnya, kakaknya bias kuliah ke luar negeri, dan tentu saja Anna tidak perlu lagi mendonorkan bagian-bagian tubuhnya dan bias menjalani hidup yang normal. Percaya atau tidak kematian satu orang, sepedih apapun itu, bias menjadi kehidupan bagi yang lain. Intinya segala sesuatu yang terjadi pasti mendatangkan kebaikan, terlepas dari seberapa sakitmya peristiwa itu bagi hidup kita.

Tha..030911


Saturday, August 13, 2011

Inikah Rasanya?!?!?!





Dalam hidup ada banyak rasa..tagline dari salah satu iklan produk minuman yang akhirnya menjadi inspirasi untuk saya menulis postingan ini. Saya setuju, ada banyak rasa dalam hidup ini. Ada rasa manis yang bisa membuat kita tersenyum, membuat hati kita menghangat dan ingin terus mencicipi rasa manis itu. Ada juga rasa pahit, yang membuat kita mengernyitkan dahi, membuat kita muak dan ingin menghindar. Ada juga rasa senang yang membuat kita tidak berhenti tertawa, namun di dekat rasa senang itu pasti ada rasa sedih yang membuat air mata mengalir.
Tapi di atas kesemua rasa itu, ada satu rasa yang sulit untuk dideskripsikan. Saya pikir inilah rasa yang paling besar, paling istimewa, karena di dalamnya mencakup juga rasa-rasa yang lain. Dan rasa itu adalah cinta.

Saya sejujurnya tidak terlalu mengerti cinta itu rasanya seperti apa. Mereka bilang cinta itu rasanya menyenangkan, membuat kita selalu tersenyum bahkan tanpa sadar kita senyum-senyum sendirian hiii..Tapi tidak sedikit dari mereka yang pernah jatuh cinta bilang mereka pernah menangis, merasa sakit dan pedih karena cinta. Cinta yang sama yang sebelumnya membuat mereka tertawa.
Lalu kapan saya bisa bilang saya sedang jatuh cinta? Apakah ketika saya merasa deg-degan waktu bertemu dengan dia, pria yang saya suka. Atau ketika saya salah tingkah di depannya? Atau ketika saya merasa nyaman dengan dia, merasa aman di sampingnya dan merasa everythings wanna be alright, asalkan ada dia?
Saya tidak tahu, dan sejujurnya saya pun masih menganalisa apa yang saya rasakan sebenarnya. Benarkah ini cinta? Atau hanya rasa kagum semata? Atau bahkan ini hanya euforia seseorang seperti saya yang sudah cukup lama tidak dekat dengan seorang pria.
Tapi seseorang mengajukan pertanyaan ini pada saya,,
“Kamuh hepi, ceria, n seneng akhir2 ini, kenapa?”
“Kenapa kamuh mau nurut sama akuh?”
“Kenapa kalo akuh BT kayanya jadi masalah banget buat kamuh?”
Dan saya menjawab semua pertanyaan ini dengan sebuah pertanyaan juga, “Inikah rasanya Cinta?”
Ya, mungkin memang ini rasanya..
Tha..13082k11..5 p.m.


Sunday, August 7, 2011

The Most Sad Ending Story




Empat orang sahabat, dengan permasalahan yang sama-cinta, untungnya dengan pria yang berbeda..
Valentine sudah lama berlalu, rasanya kurang tepat membicarakan cinta. Kami, keempat sahabat ini juga bukan lagi anak ABG yang pantas membicarakan cinta-cintaan. Tapi hey, cinta itu kan tidak mengenal usia, tidak mengenal latar belakang, dan cinta berhak untuk dibicarakan, dirasakan, dan dinikmati oleh siapa saja. Termasuk kami.

Saya, dan ketiga sahabat saya ini memiliki cerita cinta masing-masing. Sebut saja mereka Debi, Cia, dan Kitti (nama sengaja disamarkan untuk menghindari amukan mereka karena kisahnya telah saya angkat di blog ini dan akan menjadi konsumsi publik :D). Saya mulai dari Debi, yang menurut saya paling berani di antara kami berempat soal urusan cinta. Dia pernah menembak pria yang dia suka, mengejarnya dan terobsesi pada pria itu cukup lama. Bagi kami wanita-wanita yang menempatkan harga diri terlalu tinggi, nembak cowo is a big no no. Makanya apa yang Debi lakukan waktu itu cukup spektakuler. Terakhir saya dengar dia akhirnya benar-benar jatuh cinta pada seseorang, tapi sayangnya menjadi orang ketiga dengan pria yang berbeda keyakinan dengannya.

Cerita Kitty lain lagi..Kitty lebih serius dalam hal menjalin hubungan. Mungkin karena cita-citanya untuk menikah muda, biasanya sih pria-pria yang dekat dengan Kitty dikenalkan pada orang tuanya. Hampir jarang saya dengar Kitty mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan. Rekor pacaran Kitty tidak terlalu banyak dan hubungan yang dijalin berlangsung lumayan lama. Kitty pernah juga menjalin hubungan dengan pria yang berbeda keyakinan dengannya. Tragisnya Kitty mengalami juga sad ending story, dia ditinggal pergi untuk selamanya oleh sang mantan yang ternyata masih menyayanginya sampai akhir.

Next, Cia..Kalau Cia sejujurnya saya sendiri tidak tahu terlalu banyak tentang kisah cintanya. Tapi yang saya dengar terakhir, Cia jatuh cinta pada pada si abang dari tanah Batak sana, anak pendeta, yang jelas-jelas tidak mungkin bersatu dengan Cia yang berbeda keyakinan dengannya.
Terakhir saya, yang paling jarang punya kisah cinta. Bahkan bisa dibilang rasanya jatuh cinta saja sudah lupa, tidak punya track record pacaran sama sekali, dan agak prinsipil dalam menjalin hubungan.
Saya si miss logic akhirnya harus menyerah pada yang namanya perasaan. Tragisnya dia yang beruntung itu (tetep narsis-red), berbeda keyakinan dengan saya.

Ada yang bilang, sad ending dalam kisah cinta itu kalau cinta itu bertepuk sebelah tangan. Terus muncul lah lagu2 mellow yang menyayat hati, cinta tak harus memiliki (halah-red). Atau sad ending yang lain, ketika salah satu pihak menghianati cinta. Selingkuh atau pindah ke lain hati, dan muncul lagi lagu cinta lainnya yang juga masih menyayat hati. Tapi buat saya,the most sad ending story of love adalah waktu kedua belah pihak saling menyayangi tapi tidak bisa bersama karena perbedaan keyakinan. Sekeras apa pun kita berusaha, tidak adil rasanya memaksakan orang yang kita sayang mengikuti keyakinan kita, hanya agar tetap bisa bersama. Rasanya seperti memaksa memilih antara Tuhan saya atau dia yang kita cintai.

Sampai detik ini, saya masih belum menemukan jalan terbaik untuk masalah cinta pasangan yang berbeda keyakinan. Dulu waktu ketiga sahabat saya itu curhat tentang kisah cinta mereka pada pria yang berbeda keyakinan, saya pasti memberi saran, “lebih baik jangan dimulai, karena nanti sulit untuk diakhiri.” Tapi nyatanya ketika hal ini terjadi pada saya, saya sendiri tidak tahu kapan saya pernah benar2 memulainya. Yang saya tahu, saya sayang sama dia, entah sejak kapan dan entah bagaimana saya harus mengakhirinya. Akhirnya saya cuma bisa bilang, nasehat memang hanya untuk orang lain.

Tha..070811..10 p.m.