Tuesday, July 10, 2012

Macaroon VS Rainbow Cake



 “Kamu udah pernah nyobain rainbow cake?” tanya seseorang pada rekan kerjanya.
“Belum, emang enak yah? Emang apaan sih itu?happening banget kayanya,” jawab rekan kerjanya itu.
“Ih enak tau, kamu harus coba. Cobain terus foto, pasang jadi DP BBM deh,” jawab orang itu, disambut tatapan ‘please deh ngga penting banget’ sama rekan kerjanya itu.
                Percakapan itu berlangsung di kantor, saat jam makan siang, dilakukan oleh dua orang wanita berumur twenty something, dan terjadi di hadapan saya.Antara nggak percaya, pengen ketawa, dan akhirnya kepikiran buat membahas ‘it food’ yang lagi happening ini membuat saya jadi pendengar yang baik siang itu, yang untungnya ngga terlalu kentara kepo-nya.
                Pernah mendengar istilah it bag? Istilah untuk tas yang lagi happening dan jadi incaran banyak orang. Rasanya kurang stylish kalau nggak punya tas itu sebagai salah satu koleksi kita. Ada juga istilah ‘it shoes’ atau ‘it girl’ yang kurang lebih memiliki arti yang sama. Rasanya tepat kalau untuk makanan pun diberikan istilah tersebut, ‘it food’.
                Beberapa waktu yang lalu ada demam froyo. Terdapat antrian yang cukup panjang di beberapa gerai cemilan asam menyegarkan itu. Entahlah orang-orang yang antri itu memang sengaja dibayar sebagai salah satu strategi penjualan atau memang konsumen sungguhan yang rela antri berjam-jam karena makanan yang mereka mau beli memang worth it to buy.
                Selain froyo sempat juga muncul demam sushi. Banyak orang membicarakan makanan yang berasal dari Jepang itu. Mereka update status, nge-tweet, foto dan pasang profil pic atau DP bbm dengan makanan yang harganya tergolong cukup mahal itu.
                Belakangan makanan nampaknya sudah beralih fungsi. Dari sekedar penghilang rasa lapar berubah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan prestige. Bagi sebagian orang, menjadi kesenangan tersendiri kalau bisa mengikuti trend dan sudah mencicipi makanan yang ramai dibicarakan ini.
                Saya juga mengalaminya. Waktu jaman kuliah dulu, saya dan teman-teman bela-belain ngantri lama untuk satu cup froyo yang ternyata rasanya tidak sespektakuler antriannya. Apalagi beberapa minggu kemudian sudah tidak ada lagi antrian panjang seperti itu. Kami menyebutnya masa-masa labil jaman kuliah, yang selalu merasa wajib mengikuti trend yang sedang berlangsung. Tapi mendengar percakapan siang itu, di kantor yang isinya tentu saja sudah bukan lagi mahasiswa labil, membuat saya memiliki pandangan lain.
                Mengikuti trend, apakah itu pakaian, rambut, bahkan makanan, menjadi kebutuhan tersendiri bagi sebagian orang. Bukan berarti hal itu menjadi tolak ukur labil tidaknya seseorang, tapi mungkin menjadi ukuran gengsi atau prestige bagi orang lain. Ada juga yang hanya sekedar memuaskan rasa penasaran.
                Apapun alasannya, kembali pada pilihan masing-masing individu. Memilih untuk mengikuti trend,sekedar mencoba supaya kalau orang tanya nggak kentara ‘ngga gaulnya’ atau memang murni karena alasan selera. Saya sendiri kalau disuruh milih macaroon vs rainbow cake, mana yang menjadi favorit saya, pilihan saya akan tetap jatuh pada surabi kinca dan bala-bala sebagai ‘my it food’ 

Tha..10072k12 4 p.m.