Tuesday, January 13, 2015

Diskriminasi itu masih terjadi. Di sini.






 Ini tulisan pertama saya di tahun 20015, dan saya membahas tentang diskriminasi, are you kidding me, huh?? Saya tidak akan menulis tentang hal ini kalo sesuatu tidak ‘menggelitik’ saya hari ini. Sesuatu yang terjadi di tempat saya bekerja, terjadi di depan mata saya sendiri.

Ijinkan saya bercerita dulu gambarannya seperti apa. Saya bekerja di sebuah bank swasta, dengan aset nomor satu untuk kategorinya, memiliki banyak cabang dan tersebar di seluruh Jawa Barat. Karyawannya berjumlah ribuan, dan saya sebagai staff HRD tentunya setiap hari berkutat langsung mengurus ribuan karyawan ini.

Hebatnya, untuk ukuran perusahaan yang sudah berkembang seperti ini, pengambil keputusan masih dipegang oleh satu orang. Sang owner, sang pemilik kerajaan bisnis, sang raja yang tinggal mengeluarkan tongkatnya dan boom, anything can happen.

Seperti hari ini, beliau mengeluarkan aturan orang-orang di bagian operasional haruslah orang yang sipit-sipit (baca : keturunan tionghoa). Bukan sekali ini peraturan unik ini dibuat. Bahkan kenaikan jabatan di perusahaan saya juga sedikit banyak dipengaruhi oleh suku apa dia atau agama apa dia.

Ternyata hal ini tidak terjadi di kantor saya saja. Beberapa teman juga menceritakan hal yang sama. Gaji kamu lebih besar kalau kamu cina-lah atau kamu naik pangkat kalo kamu Batak lah, dan berbagai jenis diskriminasi lainnya.

Lagi-lagi manusia mengkotak-kotakkan manusia. Apakah hanya karena kamu Jawa, atau Cina, atau Batak maka kamu memiliki nilai lebih tinggi? Apakah karena kamu beragama Islam atau Kristen atau Budha maka kamu mendapatkan fasilitas yang lebih dari yang lain, padahal hasil kerja kalian sama. Rasanya sangat tidak adil. Kita bahkan tidak bisa memilih dari keluarga mana kita berasal. Kita mungkin masih bisa memilih agama, masih bisa memilih pendidikan atau pekerjaan. Tapi suku dan ras? Memangnya saya bisa memilih supaya jadi orang Cina atau Jawa atau Batak?

Diskriminasi itu rupanya masih terjadi, di sini, saat ini, di depan mata kepala saya sendiri. Saat Hak Asasi Manusia sudah menjadi dasar hukum di banyak negara, saat seharusnya manusia dinilai karena karyanya, karena hasil pekerjaannya dan bukan sekedar penampilan luarnya. Diskriminasi itu masih terjadi di negara yang katanya menghargai indahnya perbedaan.   

Saat ini, diskriminasi memang masih menjadi issue yang biasa di banyak tempat. Tapi sebagai orang yang berpendidikan, semoga kita semua bisa memandang perbedaan dari sudut pandang yang berbeda. Manusia tidak perlu dikotak-kotakkan hanya karena perbedaan Suku, Agama atau Rasnya. Bukankah sejak lama kita tahu issue ini selalu saja yang menjadi masalah utama di negeri ini. Saya sendiri, sekolah tinggi karena saya mau belajar melihat indahnya perbedaan, menghargai perbedaan, dan mengembangkan kekuatan dari perbedaan itu. Bagaimana dengan kamu??


Tha..130115..10 p.m.


No comments:

Post a Comment