Sunday, February 14, 2016

Movie Review : A Copy of My Mind






Tanggal 13 Februari kemarin saya akhirnya berkesempatan menonton film yang sudah lama saya tunggu-tunggu, A Copy of My Mind. Ketertarikan saya pada film ini bukan hanya karena para pemainnya, Chicco Jerikho (one of my favorite actor) dan Tara Basro, tapi juga karena film ini sudah mengantongi banyak penghargaan baik dalam maupun luar negeri.

Salah satu karya terbaik Joko Anwar ini menceritakan kisah kehidupan dua anak manusia, Sari (Tara Basro) dan Alek (Chicco Jerikho) yang terjebak dalam rutinitas dan kerasnya bertahan hidup di Jakarta. Sari adalah seorang pegawai facial di sebuah salon. Sepulangnya kerja, Sari rutin mengunjungi toko DVD bajakan dan membeli DVD yang akan dihabiskannya di kamar kostnya yang kecil. Sementara itu Alek bekerja sebagai penerjemah untuk membuat subtitle DVD bajakan. Selain itu setiap malam Alek juga suka memasang taruhan untuk balapan liar.

Takdir akhirnya mempertemukan Sari dan Alek. Mereka kemudian larut dalam keintiman, kemesraan, dan saling jatuh cinta. Keadaan kemudian menyeret Sari pada konflik politik yang sama sekali tidak Sari mengerti. Sari dan Alek kemudian dipaksa menghadapi kenyataan pahitnya kehidupan sosial dan politik negeri ini.

A Copy of My Mind menunjukan kepada kita masalah-masalah sosial dan politik yang terjadi di Indonesia dengan cara yang lugas dan apa adanya. Melalui Sari dan Alek kita juga diperlihatkan kehidupan nyata kaum pinggiran di Jakarta yang begitu timpang dengan segala kondisi kemewahan dan glamornya Jakarta yang selama ini dipertontonkan.

Akting yang memukau dari Tara Basro sukses membawa saya menyelami jalan pikiran Sari yang sederhana, sesederhana cita-citanya memiliki home theater untuk memuaskan hobinya menonton film. Sementara aktingnya Chicco Jerikho jelas tidak perlu diragukan lagi. Dalam 3 bulan terakhir ini saya sudah tiga kali menonton film yang dibintangi oleh Chicco (Negeri Van Oranje, Aach Aku Jatuh Cinta dan A Copy of My Mind), dan ketiganya dibawakan Chicco dengan sangat apik. Saya seperti melihat tiga orang yang berbeda dengan karakternya masing-masing.

Chemistry antara Chicco dan Tara juga terbangun dengan sangat kuat. Tidak perlu banyak kata-kata gombal dan adegan romantis untuk menunjukan cinta yang terjalin di antara mereka.  Bagian favorit saya adalah ketika Alek membantu Sari menyebrang jalan, the way Alec hold Sari’s hand looks simply romantic. Favorit saya yang lain adalah ketika Alek dengan intens memperhatikan Sari dan menciumnya ketika dia sedang tidur. Gesture-gesture sederhana dan intens di antara mereka semakin memperkuat chemistry di film ini.


Tempo film yang dibuat terkesan agak lamban di awal justru jauh dari kata membosankan karena membawa kita semakin dekat dengan kehidupan nyata dari Sari dan Alek. Ending yang tidak dapat ditebak pun menjadi khas dari Joko Anwar, membiarkan kita sebagai penonton untuk berimajinasi sendiri dengan ending film ini.

No wonder kalau A Copy of My Mind meraih 7 nominasi pada perhelatan Festival Film Indonesia 2015 yaitu film terbaik, Sutradara terbaik, pemeran utama wanita terbaik, pemeran pendukung pria terbaik, pengarah sinematografi terbaik, penata suara terbaik dan penata musik terbaik. A Copy of My Mind  membawa pulang 3 piala citra untuk kategori Sutradara terbaik (Joko Anwar), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Tara Basro), dan penata suara terbaik (Hikmawan Santosa, Yusuf A Patawari).

Jadi tunggu apa lagi? Film ini sangat recomended untuk kamu nikmati.

Tha..140216..5 p.m