Saturday, December 30, 2017

Sebuah Catatan Akhir Tahun 2017





Menulis catatan akhir tahun – meski saya juga nggak ingat kapan kebiasaan ini saya mulai - , rasanya menjadi agenda wajib yang saya lakukan menjelang pergantian tahun, selain membuat evaluasi pencapaian dan resolusi untuk tahun depan. Pasalnya saya memang orang yang sangat terencana. Jadi kepuasan tersendiri ketika saya membuat langkah-langkah untuk setiap hal yang akan saya kerjakan.

Tahun ini saya mendapatkan satu pelajaran besar, keluar dari zona nyaman dan membiarkan hidup mengalir dengan bebas tanpa terlalu terikat rencana dan target. Hasilnya, ternyata saya bisa lebih menikmati hidup dan bersyukur untuk hidup yang berjalan baik adanya. Kadang memang kita perlu lebih santai dengan diri kita sendiri, kan?

Tahun 2017 bukan tahun yang mudah buat saya. Sepertinya tahun ini juga tidak mudah untuk banyak orang. Apa sih yang 2017 nggak punya? Ahok dipenjara, netizen makin kejam dan menggila, isu SARA yang bikin geregetan dan sempet bikin muak sama negara ini, sampai Chester Bennington dan Jonghyun bunuh diri. Saya bukan penggemar KPOP, cuma suka drama korea aja. Tapi liat video pemakaman Jonghyun dan temen-temen satu grupnya pada nangis sukses bikin saya ikutan mewek. Kebayang aja gimana sedihnya kalau sahabat kita meninggal karena bunuh diri dan kita sebagai sahabat nggak tahu kalau ternyata dia depresi dan merasa kesepian. Pasti feeling guilty banget.

Buat saya pribadi tahun ini tidak mudah karena jadi tahun pertama yang saya jalani sebagai freelancer dan wirausaha. Yap, keputusan terbesar dalam hidup saya untuk resign di akhir tahun 2016, memang benar-benar diuji tahun ini. Mulai dari coba buka usaha sendiri, mewujudkan mimpi saya untuk jadi penulis, meyakinkan keluarga (dan terutama diri sendiri) bahwa keputusan yang saya ambil ini adalah keputusan yang tepat memang tidak mudah. Kalau dulu saya males-malesan kerja, ngambil jatah cuti buat jalan-jalan bisa tetep santai karena akhir bulan pasti tetep digaji, tidak berlaku untuk sekarang. Saya mesti terus mikir, cari proyekan, mengelola usaha biar cashflow aman.

Tapi banyak hal baik terjadi buat saya selama tahun 2017. Saya bisa keliling Indonesia selama 25 hari dan hasil keliling itu bikin tulisan saya banyak dimuat di berbagai media. Buku antologi bareng-bareng teman traveler akhirnya terbit, dan saya akhirnya punya bisnis dan toko online sendiri, yang memang belum bikin kaya sih tapi setidaknya sudah bikin happy kok.

2017 juga mengajarkan saya tentang pentingnya kita dikelilingi oleh orang-orang yang tepat. Bukan lagi tentang seberapa banyak teman yang kita punya, tapi seberapa baik pengaruh mereka buat hidup kita. Dan saya bersyukur memiliki keluarga, sahabat, dan orang-orang yang satu frekuensi untuk menjalani hari-hari saya. Well, berkat Tuhan kan nggak melulu soal materi tapi juga bisa berupa orang-orang yang sayang sama kita, kan?

bestnine IG 2017 semuanya tentang traveling. 
Semoga 2018 bisa lebih banyak lagi lanjalan hehe..

Begitulah, tidak ada tahun yang benar-benar lancar bebas hambatan. Tapi yang pasti, semua yang terjadi pasti mendatangkan kebaikan.

Selamat menyongsong tahun 2018 dengan pengharapan. Semoga tahun 2018, kita semua jadi pribadi yang lebih baik dan bahagia karena hal-hal sederhana (saya terus melatih ini : bahagia dengan hal-hal sederhana, tidak perlu menunggu hal hebat terjadi supaya bisa bahagia). Semoga nggak ada lagi berita-berita sedih yang bikin pesimis. Kalau pun ada hal yang tidak mudah terjadi, semoga membuat kita jadi pribadi yang makin kuat dan bergantung sama pencipta kita.

Happy new year 2018 !!




Saturday, October 21, 2017

Gratitude Journey



pic source : google

Tuhan bekerja dengan cara yang baik adanya. Bahkan ketika harapan-harapan kita belum terjawab, ketika rencana kita tidak berjalan sebagaimana mestinya, ketika orang-orang yang kita cintai pergi, dan ketika jalan-jalan kehidupan membuat hati kita luka dan patah. Saya tetap percaya bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang baik adanya.

Ini cerita tentang orang-orang yang saya kenal. Ada yang sudah menikah lama tapi masih bergumul untuk mendapatkan keturunan. Ada yang masih berdoa untuk menemukan pasangan hidup yang tepat. Ada yang sudah menikah tapi memutuskan untuk tidak memiliki anak. Ada juga yang menikmati kesendiriannya, sukses dengan kariernya, tapi terus didesak untuk segera menikah.

Ada juga seseorang yang saya kenal dengan cukup baik. Seorang sahabat yang luar biasa, menikah dengan cinta pertamanya, hidup mapan, dan pekerjaannya baik. Saya masih ingat dia begitu bersemangat ketika mengabarkan berita kehamilannya. Tapi, saya harus merelakannya ‘pulang’ bahkan sebelum dia sempat mendengar tangisan anaknya.

Jalan kehidupan setiap orang tidaklah sama. Namun, semua orang memiliki pergumulan dan kebaikannya masing-masing.

Seringkali terlintas dalam benak saya, ketika melihat status atau postingan orang di media sosial. Enak ya jadi si itu, punya kerjaan bagus. Enak ya jadi si ini, udah married langsung punya anak lagi. Enak ya jadi si anu, bisa jalan-jalan mulu kerjaannya. Ternyata pemikiran tersebut salah. Kebahagiaan tidak bisa diukur seperti itu, bahkan saya tidak pernah tahu berapa banyak tangisan, kerja keras, dan tabungan doa yang mereka keluarkan untuk mencapai itu semua.

Lebih daripada mengejar kebahagiaan, saya ingin belajar untuk selalu bersukacita. Saya ingin belajar untuk menikmati damai sejahtera yang memang telah Tuhan berikan untuk saya. Sahabat saya yang belum punya anak tadi bilang, dia mungkin akan lebih bahagia kalau punya anak, tapi tanpa anak pun dia sudah bersukacita. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari apa yang kita belum miliki, tapi justru dari apa yang ada pada kita sekarang.

Bersukacita tidak perlu menunggu hal-hal besar terjadi. Bersukacitalah untuk hal-hal sederhana yang ada di sekeliling kita. Saya bersukacita untuk keluarga saya yang tidak sempurna karena ketidaksempurnaan ini menjadikan saya kuat. Saya bersukacita untuk sahabat-sahabat yang tidak selalu bisa saya temui setiap hari, tapi tetap setia dalam segala kondisi. Dan saya juga bersukacita untuk kebaikan yang saya terima bahkan dari orang-orang yang tidak saya kenal.

Balik lagi ke cerita sahabat saya tadi yang sudah pergi lebih dulu. Lewat kepergiannya saya sadar waktu yang kita punya sangatlah singkat. Kita nggak pernah tahu kapan kita mati atau orang-orang yang kita sayang pergi. So don’t waste your time. Daripada membuang waktu untuk menyimpan kebencian lebih baik menggunakan waktu untuk lebih banyak mencintai.

Saya bersyukur pernah menjadi bagian hidupnya dan melewati waktu bersama yang singkat. Tidak ada yang perlu disesali, karena sekali lagi hidup yang kita lalui sekarang adalah baik adanya.


Jadi, apa yang membuatmu bersyukur hari ini?


Friday, September 22, 2017

One Day Trip Pangalengan





Pangalengan memang bukanlah tempat yang baru buat saya. Sudah beberapa kali saya berkesempatan mengunjungi Pangalengan. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Bandung, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisatanya yang cukup menarik membuat Pangalengan bisa menjadi salah satu alternatif kalau ingin menjauh sedikit dari hiruk pikuknya kota Bandung. Atau kalau kamu datang dari luar kota Bandung dan bosan main di seputaran Dago, Lembang, dan Ciwidey tapi masih kepingin lihat yang ‘ijo-ijo seger’, nah..Pangalengan juga bisa jadi pilihan.

Jadi ada apa saja di Pangalengan??

Penangkaran Rusa Kertamanah

Saya berangkat dari Bandung sekitar jam 7.30 pagi dan sampai di Pangalengan sekitar jam 9.30. Kondisi jalan cukup bersahabat dan nggak kena macet sama sekali. Destinasi pertama saya adalah penangkaran rusa Kertamanah, di Jl. PTPN VIII Kertamanah, Pangalengan. Dari pinggir jalan kita sudah bisa melihat rusa-rusa tersebut beraktivitas karena hanya dibatasi pagar kawat yang mengelilingi area penangkaran. Para pengunjung sudah bisa melihat dan memberi makan rusa dari luar pagar. Tapi rasanya ada yang kurang kalau nggak masuk dan foto dari dekat. Cukup dengan membayar Rp. 10.000/ orang, kita bisa masuk ke area penangkaran dan berinteraksi langsung dengan rusa-rusa yang ada. Oh ya, rusa yang di Pangalengan ini jenisnya berbeda dengan rusa yang ada di Rancaupas Ciwidey. Kata Bapa penjaganya, rusa di sini berbintik-bintik karena merupakan jenis rusa India, sementara rusa di Rancaupas adalah rusa dari pulau Jawa dan Bali. Jangan lupa beli wortel atau sayuran yang banyak dijual di sekitar penangkaran, supaya makin seru main dengan rusa-rusanya dan makin kece fotonya hehe..




Situ Cileunca

Tempat selanjutnya yang saya kunjungi adalah situ Cileunca, yang dalam bahasa Sunda, situ artinya danau. Bagi orang Bandung situ Cileunca ini sudah terkenal sebagai area untuk rafting. Kalau pun nggak mau rafting, duduk santai atau naik perahu di sekitar danau juga bisa menjadi pilihan. Bawa bekal dan piknik di pinggir danau pasti jadi pengalaman yang seru dan menyenangkan.

foto ala-ala candid dari pinggir situ cileunca

Rumah Boscha dan Malabar Tea House

Malabar Tea House ini sebenarnya merupakan penginapan yang berlokasi di atas bukit dan dikelilingi oleh perkebunan teh malabar milik PT. Perkebunan Nusantara VII – Malabar. Sedikit tips bagi kamu yang selalu mengandalkan GPS kalau berpergian, selama di Pangalengan jangan ragu untuk bertanya pada penduduk sekitar jalur terbaik untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di sana. Soalnya selain sinyal yang suka ilang-ilangan, GPS mungkin akan membawa kamu lewat jalur tersingkat tapi dengan kondisi jalan yang lumayan ekstrem. Saya kemarin sampai melewati jalur perkebunan teh yang jalannya rusak parah dan membuat mobil kami terpaksa didorong karena selip. Padahal sudah ada jalan yang beraspal baik untuk menuju malabar tea house biarpun sedikit memutar. Tapi ya sisi positifnya, saya menikmati perjalanan yang seru dengan pemandangan kebun teh yang indah banget.

Pemandangan sepanjang jalan. ijo-ijo seger :)


di kebun teh juga bisa hiking dan foto-foto kaya gini

Nah kalau rumah Boscha yang letaknya masih satu area dengan Malabara tea house ini merupakan rumah tua peninggalan K.A.R Boscha, orang Belanda yang mendirikan kebun teh di wilayah Malabar ini. Arsitektur bangunan khas Belanda yang unik jadi spot foto yang sayang untuk dilewatkan. Bahkan masih ada bangunan berupa cerobong asap seperti rumah-rumah di Eropa. Sayangnya, karena saya nggak menginap di sana jadi nggak bisa masuk ke kamar-kamarnya yang pastinya punya arsitektur yang unik juga.

Bagian depan Malabar Tea House

Mountain Breeze Bandung atau Batu Kincir Resto

Tempat terakhir yang saya kunjungi dalam rangka one day trip Pangalengan ini lokasinya di Jl. Raya Banjaran KM 11.5, Bandung Selatan. Jadi saya mampir ke Mountain breeze atau dikenal juga dengan nama batu kincir resto untuk makan malam sekalian searah dengan jalan pulang kembali ke Bandung. Memang benar ya, datang ke tempat tanpa punya ekspektasi terlalu tinggi malah biasanya bikin kita lebih happy dan puas, soalnya siapa yang sangka ada tempat sebagus ini di area Banjaran yang identik dengan macet dan banjir itu. Ada area indoor dan outdoor yang semuanya kece dan pastinya instagram-able. Nih, mending lihat langsung foto-fotonya deh :  

area outdoor resto, spot paling kece buat hunting sunset

area indoor, full glasses windows


Sebelum pulang saya sempat ngobrol sama pengelola tempat ini. Jadi katanya, restoran yang bahkan belum soft opening ini, dibuka untuk umum tadinya untuk tes pasar saja. Ternyata responnya di luar dugaan. The power of social media sih ya..makanya mereka sendiri jadi seperti kurang siap dan agak kewalahan. Jadi jangan heran kalau pesan makan di sini agak lama dan menu makanannya pun masih tergolong standar. HTM masuk tempat ini Rp. 15.000/ orang dan bisa digunakan sebagai potongan harga untuk pesan makanan di sini.

 with tim bolang pangalengan enjoy night view at batu kincir resto






Thursday, August 31, 2017

11 Tempat Ngopi Enak di Bandung



location : yumaju coffee

Entah sejak kapan tepatnya saya menjadi seorang penikmat kopi. Mulai dari kopi sachet yang biasa dibeli di warung-warung (yang kemudian bertobat, berhenti menyeduh kopi instan ketika tahu kandungan di dalamnya lebih banyak gula dan pemanis buatannya dibandingkan kopinya), hingga mencoba tempat-tempat ngopi enak di Bandung menjadi hal yang menarik buat saya. Agenda meet up dengan teman-teman pun biasanya tidak jauh dari ngopi-ngopi cantik di coffee shop yang cozy dan enak buat ngobrol.

Masalahnya, kadang kalau ada teman dari luar kota yang nanya, ngopi di Bandung yang enak di mana ya? Seringnya saya blank terus ujung-ujungnya buka IG lagi, buka-buka trip advisor lagi, kok ya ribet amat deh. Jadi saya mau coba bikin list deh tempat ngopi enak di Bandung versi saya.

But Please, don’t put your expectation too high, saya hanya suka minum kopi dan nggak ahli menilai kopi mana yang enak dan yang biasa aja. List yang saya buat ini ‘kopi enak’ secara general, artinya masih oke di lidah dan worth it to try lah ya..

1. Nulis sambil ngopi cantik di Yumaju Coffee

Belum lama buka tapi saya langsung jatuh cinta begitu pertama kali datang ke Yumaju Coffee. Lokasinya di Jl. Maulana Yusuf No 10, tepat di sebelah Black Pepper resto. Tempatnya mungil, comfy, dan private. Yes, makanya cocok banget buka laptop dan nulis di sini. Biarpun nggak selalu sepi, entah kenapa karakteristik pengunjungnya nggak berisik dan kadang asyik sendiri dengan kerjaan masing-masing. Recommended buat kamu yang doyan ngopi sendirian.

area indoor & outdoor yumaju coffee yang cozy banget. 
pic source : https://www.instagram.com/yumajucoffee/


2. Tempat ngopi yang instagramable di Kozi Lab

Tempatnya nggak terlalu besar sih memang, tapi banyak spot kece buat foto dan pastinya instagram-able. Berlokasi di Jl Gudang Selatan No. 22 dan mengambil tempat di sebuah bekas gudang membuat Kozi Lab jadi semakin unik. Bagi yang suka baca, kozi lab juga punya koleksi buku yang lumayan banyak. Baca buku sambil ngopi di sana pasti deh bikin kamu makin betah. Oh ya, mereka juga sudah memiliki beberapa cabang versi 2.0 di Bukit Dago Utara, versi 3.2 di hotel Malaka, dan versi 3.7 di Jakarta. Untuk info lengkapnya langsung aja follow IG nya di @kozi.lab

tampak luar Kozi Lab versi 1.0 berasa di gudang banget kan? hehe..


semua sudutnya kece sih di sini buat foto

3. Ngadem di Kedai Matahari

Sebenarnya kedai matahari ini bukan spesifik tempat ngopi sih, tapi saking sukanya saya sama tempat ini, jadi agak subjektif deh masukin kedai matahari di list tempat ngopi enak favorite saya. Mengambil lokasi di Jl Dago Pakar Barat No.3, kedai matahari ini masih bagian dari Eco learning camp yang terletak di sebelahnya. Makanya konsepnya sangat ramah lingkungan dan mencintai alam. Uniknya di sini, semua makanan yang disajikan didapat dari hasil eco camp mereka sendiri. Kalau berkunjung di sini, jangan lupa baca peraturan yang ada di setiap meja, yaitu kamu harus membersihkan bekas makanan kamu sendiri dan meletakkan di tempat yang telah disediakan. Saya sih suka banget tempatnya yang adem, sejuk, nggak terlalu ramai dan rasanya menyatu dengan alam. Semua makanan dan minumannya juga enak dan bersahabat di kantong.


jangan lupa baca aturan yang ada di setiap meja ya :)

4. Noah’s Barn – yang katanya coffee shop hipster pertama di Bandung

Kalau saya nggak salah, Noah’s Barn merupakan coffee shop hipster pertama di kota Bandung. Di sini pertama kalinya saya pesen makanan dan minumannya langsung ke bar (yah mirip kalau kita ke starbucks atau resto siap saji) dan bukan angkat tangan minta menu ke waitress. Lokasinya agak nyempil di Jl. Garuda No. 39. Mereka kemudian buka tempat yang lebih besar dan menyerupai restoran di Jl. Dayang Sumbi. Keduanya nggak pernah sepi pengunjung. Saya pribadi sih tetap lebih suka Noah’s Barn di tempat lama. Lebih comfy dan homey rasanya.

ini noah barn yang di Garuda. Lebih homey sih rasanya
pic source :  https://www.instagram.com/noahsbarncoffeenery/ 

5. Two Hands Full – untuk si pecinta kopi

Beberapa teman pecinta kopi bilang, two hands full punya kopi yang kualitasnya merupakan salah satu yang terbaik di Bandung. Saya sendiri selain ngopi suka sama makanan-makanannya. Mereka punya pouch egg yang super yummy. Berlokasi di Jln Sukajadi No 198A, Two Hands Full wajib dicoba bagi kamu pecinta kopi.
area bar di tengah cafe yang serba terbuka
pic source : https://www.instagram.com/thfcoffee/

pouched egg dan smash avocado yang nggak pernah bisa ditolak.
pic source : https://www.instagram.com/thfcoffee/

6. Tempat ngopi berpintu biru - Blue Doors

Sesuai namanya, tempat ngopi yang terletak di jln Gandapura No. 61 ini punya pintu berwarna biru. Tempatnya tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk ngopi-ngopi dan ngobrol. Selain kopi, mereka juga menyajikan aneka cake dan makanan yang cocok untuk jadi teman ngopi kamu.
pic source : https://www.instagram.com/blue_doors/

pic source : https://www.instagram.com/blue_doors/


7. Ngopi with a View di Eugene The Goat

Kepengen ngopi sambil menikmati indahnya pemandangan kota Bandung, Eugene The Goat ini bisa jadi rekomendasi. Letaknya di Jl. Awiligar Raya II No. 2, persis di lobi Clove Garden Hotel Bandung. Sayangnya akses jalan menuju tempat ini masih agak rusak, dengan jalan menanjak berasa lagi perjalanan ke luar kota deh. Kalau soal rasa, nggak usah diragukan deh. Secangkir hot latte bisa jadi pilihan tepat sambil menikmati indah dan sejuknya pemandangan kota Bandung.

https://www.instagram.com/thegoat.eugene/

https://www.instagram.com/thegoat.eugene/

8. Mimiti Coffee – tempat ngopi kekinian dan ngehits di Bandung

Sepengetahuan saya, tempat ngopi yang berlokasi di Jl. Karang Sari No.1 ini nggak pernah sepi pengunjung. Jadi tempat ngopi paling hits dan kekinian di Bandung, mimiti coffee juga ramai dikunjungi oleh turis domestik terutama dari Jakarta (berdasarkan pengamatan aja ya). Punya area indoor dan outdoor yang cozy banget untuk menyeruput kopi atau sekedar nongkrong bareng sahabat. Mimiti Coffee juga punya spot foto yang instagramable banget, nggak ngerti juga sih kenapa hampir semua yang datang pasti foto ala-ala di situ. Saya sendiri nggak sempet foto, antri banget soalnya hehe..

pic source : https://www.instagram.com/mimiticoffee/

pic source : https://www.instagram.com/mimiticoffee/

ini nih yang katanya spot wajib buat foto.. emang kece sih ya.
pic source : https://www.instagram.com/mimiticoffee/

9. Rame tapi nggak berisik di Sejiwa Coffee

Satu lagi tempat ngopi yang lagi ngehits dan kekinian, namanya Sejiwa Coffee. Lokasinya strategis banget nih, di Jl Progo No. 15 tepat di seberang hummingbird/ kopi progo. Dengan lokasinya yang berada di area cafe dan factory outlet terkenal di Bandung, nggak heran kalau sejiwa coffee ini selalu ramai. But don’t worry, tempatnya cukup luas dan karakteristik pengunjungnya juga nggak berisik alias nggak kebanyakan ABG kinyis-kinyis yang gaduh. Jadi kalaupun kamu datang untuk ngopi sendiri sambil bawa kerjaan masih oke kok. Menu makanan dan minumannya juga ada banyak dan bervariasi mulai dari western food sampai Indonesian food. Kopi, teh, susu juga lengkap. Oh ya, tempat ngopi yang didominasi oleh warna putih ini juga punya banyak spot kece untuk foto yang pastinya instagram-able.
barista di sejiwa coffee dengan seragamnya yang mirip jas lab
pic source :https://www.instagram.com/sejiwacoffee/


pic source : https://www.instagram.com/sejiwacoffee/

10. Ngopi sambil menikmati karya Seni di Kopi Selasar Sunaryo

Selasar Sunaryo Art and Space merupakan galeri seni milik seniman Sunaryo yang sudah ada sejak tahun 1998. Bangunan ini terdiri dari galeri seni, ruang pameran, amphiteater, aula diskusi, mess seniman, dan kedai kopi. Coffee shop-nya sendiri berada di teras selasar berhadapan dengan pegunungan dan bukit-bukit sekitar Bandung. Bagi kamu pecinta seni atau mau sekedar lihat-lihat karya seni yang menarik, wajib dicoba deh berkunjung ke tempat ini. Setelah puas berkeliling, duduk ngopi santai sambil melihat view kota Bandung pasti nikmat banget deh. Jangan lupa untuk mencicipi kopi selasar, yaitu sajian kopi hitam dengan latte art ditambah jahe yang ditusuk di bambu.

selain ngopi dan liat-liat karya seni, foto ala-ala candid dikit boleh lah ya

11. Ngopi sambil ngemil di Kopi Kodok

Masih di daerah utara kota Bandung, ada satu lagi tempat ngopi yang asyik sambil ngemil-ngemil ala warung kopi, namanya kopi kodok. Tempatnya enak banget, ada area indoor dengan sofa-sofa nyaman warna-warni dan area outdoor dengan kursi-kursi kayu yang cantik. Menu kopinya juga macam-macam, mulai dari latte, cold brew, vietnam coffee, sampai kopi luwak pun ada. Makanan yang tersedia di sini adalah menu Indonesian food seperti nasi goreng, pisang keju, bala-bala hingga macam-macam indomie. Buat kamu yang lagi wisata ke daerah Lembang, boleh juga mampir ke kopi kodok yang berlokasi di Jl Sersan Bajuri No. 53, Bandung.

area luar kopi kodok dengan mural di dinding yang eye catchy banget 




Jadi, ngopi di mana kita hari ini??


Friday, August 4, 2017

Indahnya Danau Kelimutu yang Mendunia






Danau Kelimutu yang pernah jadi gambar di uang pecahan lima ribu rupiah edisi lama menjadi salah satu bucket list tempat yang ingin saya kunjungi. Beruntung, ketika melakukan perjalanan #exploreflores beberapa waktu yang lalu, impian saya untuk jalan-jalan ke Danau Kelimutu akhirnya terwujud.

Melawan rasa dingin yang menusuk, mengabaikan kaki yang masih lelah setelah perjalanan panjang sebelumnya, saya pun bersiap untuk menyambut matahari terbit di Danau Kelimutu.

Keunikan Danau Kelimutu
Danau Kelimutu atau yang dikenal juga dengan sebutan Danau Tiga Warna, terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Disebut Danau Tiga Warna karena Danau ini memiliki tiga warna yang berbeda. Waktu saya ke sana, Danau Kelimutu sedang berwarna hijau tosca, hijau tua, dan hitam pekat. Konon katanya warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Ada yang bilang warna danau mencerminkan kondisi negara kita, Indonesia. Jika berwarna merah berarti negara kita sedang dalam masalah. Namun jika berwarna biru, negara kita sedang dalam kondisi yang stabil.

Berdasarkan penjelasan ilmiah, warna di Danau Kelimutu yang berubah-ubah ini dipengaruhi oleh kandungan mineral, pengaruh bebatuan, lumut di dalam kawah, dan cahaya matahari. Sementara itu, suku Lio di Flores percaya bahwa Danau Kelimutu merupakan tempat persemayaman terakhir dari jiwa-jiwa yang sudah meninggal.

Rute menuju Danau Kelimutu
Dari Jakarta kita bisa menggunakan penerbangan terlebih dahulu ke Kupang, ibukota propinsi Nusa Tenggara Timur (Bandara El Tari) kemudian dilanjutkan dengan penerbangan ke Ende (Bandara H Hasan Aroeboesman). Setibanya di Ende, perjalanan dilanjutkan bisa dengan menggunakan angkutan umum berupa taksi avanza, minibus, atau ojek menuju Moni. Desa Moni merupakan desa terdekat dengan Danau Kelimutu. Jangan kaget ketika sampai di Ende, kita akan disambut oleh penduduk lokal yang menawarkan jasanya untuk mengantar kita ke Moni. Tinggal pilih-pilih yang paling nyaman dan sesuai budget ya. Saya menggunakan taksi avanza dengan biaya Rp. 150.000,- sekali jalan. Siap-siap juga menikmati perjalanan Ende-Kelimutu yang berkelok-kelok dan curam. Pemandangan tebing-tebing, jurang, dan hutan akan kita lihat sepanjang jalan.

Sedikit Cerita Perjalanan ke Danau Kelimutu
Ada beberapa pilihan untuk mengejar sunrise di Danau Kelimutu. Pilihan pertama adalah menginap di Ende dan menyewa mobil langsung ke Danau Kelimutu. Ini berarti kkita harus berangkat dari Ende sekitar jam 1 pagi. Pilihan kedua adalah menginap di Moni. Butuh waktu sekitar 30 menit berkendara dari Moni menuju pintu masuk pendakian Taman Nasional Kelimutu. Sudah ada banyak homestay dan penginapan di Moni dengan harga yang relatif terjangkau. Dari Moni kita bisa sewa motor, sewa mobil, atau naik ojek menuju Danau Kelimutu.

Saya memilih alternatif yang kedua untuk menghemat waktu. Sehari sebelumnya saya menginap di Christin Lodge, di Moni seharga Rp. 200.000,- /malam. Sekitar pukul 3 pagi, saya sudah bersiap-siap untuk memulai perjalanan ke Danau Kelimutu. Dengan bantuan Bapak pemilik penginapan, yang juga mengantarkan saya dari Ende ke Moni, saya cukup membayar Rp. 150.000,- untuk PP Moni-Kelimutu dengan menggunakan mobil.

Sesampainya di pintu masuk, kita perlu membayar HTM Rp. 5000/ orang untuk wisatawan lokal. Jarak tempuh menuju puncak sekitar 2 KM atau sekitar 30 menit berjalan kaki. Waktu saya ke sana tidak ada guide lokal yang menemani. Untungnya ketika saya datang ada beberapa turis asing yang juga akan mengejar sunrise, jadi kami pergi bersama berbekal senter kecil dan cahaya dari HP masing-masing. Jalur menuju puncak juga tidak sulit. Jalannya sudah baik dengan papan-papan petunjuk jalan yang jelas.


Jalur yang dilalui menuju puncak


Danau yang pertama kita jumpai adalah Tiwu Ata Polo, danau yang diyakini tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup melakukan kejahatan/ tenung. Selanjutnya ada Danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Yang ketiga adalah Danau Tiwu Ata Mbupu merupakan tempat berkumpulnya roh-roh leluhur atau orang tua yang telah meninggal. Setiap tahunnya di Danau Kelimutu diadakan ritual adat Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata yaitu ritual untuk mengucap syukur atas tahun yang telah dilewati dan memohon berkat untuk tahun yang akan datang.

Tiwu Ata Mbupu

Tiwu Nuwa Muri Koo Fai & Tiwu Ata Polo

 pedagang di area Danau Kelimutu

Sambil menunggu matahari terbit, kita bisa menyeruput secangkir kopi atau minuman hangat lainnya yang banyak dijual penduduk setempat di area sekitar danau. Dengan harap-harap cemas, saya menunggu matahari menampakkan wajahnya. Namun sayang, pagi itu agak mendung, sang surya pun tertutup awan dan kabut masih menyelimuti Danau Kelimut. Saya hampir saja kecewa. Tapi rupanya setiap langkah yang membawa saya ke Danau Kelimutu tidak sia-sia. Perlahan semburat jingga mulai terlihat di langit. Kabut tipis pun hilang dan memperlihatkan kemilau danau yang memantulkan cahaya mentari. Sang Surya telah menyapa dan memberi rasa hangat hingga ke hati, menyajikan pemandangan Danau Tiga Warna yang mempesona.


Selamat Pagi Kelimutu! Selamat Pagi Indonesia!

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Travel Blogger Contest yang diadakan oleh www.sumber.com





Thursday, July 13, 2017

Movie Review Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody





Di postingan saya sebelumnya yang ini, saya sempat cerita kalau filosofi kopi 2 jadi film yang saya tunggu-tunggu sejak lama. Alasannya simple sih, karena karakter Ben, Jody dan cerita persahabatan mereka yang meninggalkan kesan special buat saya.

Seneng banget, tanggal 12 Juli kemarin saya berkesempatan ikutan meet and greet sekaligus gala premierenya di Bandung. Bisa ketemu langsung sama dua aktor keren, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto, yang tidak hanya bersahabat di film tapi juga dalam kesehariannya, menjadi pengalaman yang cukup menyenangkan.

Berbeda dengan filosofi kopi pertama yang diangkat dari kumpulan cerpen karya Dee Lestari dengan judul yang sama, kali ini filosofi kopi 2 adalah hasil pengembangan cerita dari penonton melalui lomba #NgeracikCerita.

Filosofi kopi 2 : Ben dan Jody, masih bercerita soal ambisi Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto) yang kembali untuk membuka kedai kopi di Jakarta, setelah dua tahun sebelumnya menjual kedai dan berkeliling Indonesia dengan combie untuk mengenalkan kopi terbaik. Kalau soal sinopsis lengkap, silakan kamu bisa googling sendiri ya karena sudah banyak juga yang nulis di internet.

Kalau di Filosofi Kopi yang pertama hadir El (Julie Estelle) yang mewarnai persahabatan Ben dan Jody, kali ini ada tokoh-tokoh baru yaitu Tara (Luna Maya) yang muncul sebagai investor yang ikut terjun untuk membuka kedai di Jakarta dan Brie (Nadine Alexandra) barista lulusan Melbourne yang di awal cerita selalu berselisih dengan Ben. Kehadiran dua tokoh wanita di film ini memberikan warna baru bagi cerita yang pastinya lebih segar dengan bumbu cinta segi empat di antara mereka. Bagi saya pribadi sih nuansa drama percintaannya kurang terasa, adegan-adegan komedi romantisnya juga terasa kurang, mungkin memang sengaja dihadirkan hanya sebagai pelengkap.

Source : Facebook/Filosofi Kopi

Bicara soal chemistry antar pemain jelas paling kuat dirasakan antara Chicco dan Rio. Nggak banyak film yang sukses mengangkat cerita persahabatan ala-ala bromance di Indonesia. Mungkin kalau kamu pernah nonton bromance seperti Joey&Chandler (serial Friends), Dominic Toretto&Brian O’Connor (The Fast and Furious), Harry Potter&Ron Weasley, Boy&Andi (Catatan si Boy – jadul banget, jadi ketauan umurnya deh), Ben dan Jody ini bisa menjawab kerinduan kita dengan cerita persahabatan antar cowok-cowok yang maskulin, lucu, dan punya impian masing-masing.

Source : Facebook/Filosofi Kopi

Yang saya suka dari Filosofi kopi 2, karakter Ben dan Jody mengalami perkembangan. Persahabatan mereka lebih mature, lebih berani untuk memperjuangkan mimpi masing-masing tanpa mengorbankan persahabatan.

“Memang salah ya kalau kita memperjuangkan apa yang pantas jadi milik kita?“ 
"Jod, nggak semua hal lo harus mengalah dari Ben. Kayak dulu lo mengalah soal El.” 

Salah seorang sahabat saya pernah menulis ini di caption Instagramnya :
Dalam setiap hubungan pasti ada pasang surutnya. Mau itu dengan pasangan, orang tua, apalagi sahabat. That’s what makes your relationship alive. Yang terpenting adalah apa yang kita lakukan ketika hubungan itu sedang turun? Meminta maaf, menghubungi mereka, mengiyakan ajakan bertemu, tetap menjadi diri sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik. When you lose their track, catch up. Cause real friends don’t have to talk everyday, but when you call, they answer.

Seperti Ben dan Jody yang tidak selalu bersama karena pada akhirnya tetap harus melanjutkan hidup masing-masing, tapi persahabatan mereka tetap kuat adanya.

Habis nonton ini saya sih jadi inget sahabat-sahabat saya, my support system yang sekarang mungkin udah mencar ke mana-mana, yang kadang berantem tapi tetep nggak bisa marah lama-lama. Jadi inget papa juga (adegan antara Ben dan bapaknya juga keren banget di film ini), yang nggak ada so sweet-so sweet nya sama sekali tapi saya tahu dia sayang banget sama saya.

So guys, enjoy the movie with your special one, bisa sahabat, keluarga, pacar, atau kalau pun harus dinikmati sendiri, film ini dapat dinikmati layaknya kamu menikmati secangkir kopi favorit. Karena setiap hal yang punya rasa, pasti punya nyawa.





Friday, July 7, 2017

Menelusuri Indahnya Desa Tenganan, Bali





Terakhir kali saya jalan-jalan ke Bali beberapa waktu yang lalu, saya banyak nyobain hal baru. Mulai dari berburu seafood di pasar yang sudah saya ceritakan di sini, dan mengunjungi salah satu desa tradisional di Bali, yaitu desa Tenganan. Terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem atau berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar, Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran.

Bali Aga atau Bali asli adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup tradisional yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunannya, pengaturan letak bangunan hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat secara turun temurun (source : wikipedia).