Waktu pertama kali saya akan travelling ke Banyuwangi, tempat pertama
yang masuk bucket list saya adalah kawah ijen dan blue fire-nya yang terkenal.
Selain kedua tempat itu, saya sama sekali belum punya bayangan ada tempat
menarik apa sih di Banyuwangi. Jadi ketika ternyata saya batal menikmati golden sunrise ijen karena tidak ada
jadwal open trip di waktu
keberangkatan saya (iya lah berangkatnya bukan musim liburan) dan merasa
kemahalan kalau pake private trip,
saya pun cari alternatif lain yaitu explore
pantai di Banyuwangi.
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung paling timur pulau Jawa. Di
sini terdapat pelabuhan Ketapang, yang merupakan perhubungan utama antara Pulau
Jawa dan Bali (pelabuhan Gilimanuk).
Akses menuju Banyuwangi sebenarnya tidak terlalu sulit, tapi karena
tidak ada kereta langsung dari Jakarta atau Bandung, jadi beberapa alternatif
pilihannya kamu bisa transit di Jogja, Surabaya atau Malang. Saya berangkat ke
Banyuwangi dari Surabaya dengan kereta paling pagi menuju Banyuwangi. Sampai di
stasiun Karang Asem Banyuwangi sekitar jam empat sore. Di sana kami sudah
menyewa motor di
banyuwangi adventura yang letak kantornya pas di depan stasiun
Karang Asem. Dari sana kami langsung menuju hotel tempat kami menginap di New
Surya Hotel di daerah Jajag.
Besoknya, saya dan partner traveling saya @tha_nte menuju destinasi pertama kami, teluk hijau. Pantai
Teluk Hijau ini lokasinya di area Taman Nasional Meru Betiri, Desa Sarongan,
Kecamatan Pesanggrahan, Banyuwangi. Jaraknya dari kota Banyuwangi sekitar 90
KM. Kalau dari hotel tempat kami menginap sekitar 50 KM atau kurang lebih 2 jam
naik motor.
Untuk menuju teluk hijau bisa melalui jalur darat atau naik perahu
dari pantai Rajegwesi. Kalau kamu berencana pergi ke teluk hijau, sebaiknya
memilih waktu pagi hari. Karena selain jarak tempuhnya yang lumayan, nanti kamu
akan memasuki kawasan perkebunan yang cukup sepi. Nggak kebayang kan kalau
pulangnya terlalu sore, pasti gelap dan agak serem juga. Dari kota sampai
kawasan perkebunan jalannya bagus dan diaspal. Tapi sesudah melewati kawasan
perkebunan jalannya lumayan rusak. Siap-siap offroad ya gaess.
Jalan di area perkebunan, jalannya masih bagus
sisanya siap-siap offroad di jalan berlubang kaya gini
Sampai di Rajegwesi, perjalanan bisa dilanjutkan dengan jalan kaki
sekitar 2 KM menuju teluk hijau, atau bisa juga naik ojek atau melalui jalur
laut dengan naik perahu. Saya sempat sih coba lanjut naik motor sendiri dan
berakhir dengan balik lagi ke tempat sewa perahu karena jalannya rusak parah.
Nyerah deh, mending sewa perahu aja. Sewa perahu di sini nggak mahal kok. Cukup
dengan membayar Rp. 35.000/ orang untuk pulang pergi dari Rajegwesi-Teluk
Hijau.
nunggu perahu siap di pantai Rajegwesi sambil foto-foto :)
this is it..teluk hijau (plus perahu yang kami tumpangi)
Semua perjalanan yang
melelahkan tadi terbayar sudah ketika kami sampai di teluk hijau.
Pantainya bersih banget, tenang, sepi (ini beneran sepi, cuma ada saya dan @tha_nte
sama tukang perahunya, dan beberapa wisatawan lain yang sudah sampai duluan di
sana. Jadi serasa pantai punya sendiri). Gradasi warna air lautnya yang biru
kehijauan dengan hamparan batu-batu karang menghasilkan pemandangan yang oh so breathtaking. Ditambah lagi air
terjun setinggi 8 meter di dekat pantai, keren banget.
nah ini air terjunnya, semoga keliatan hehe..
Ada sedikit cerita seru waktu saya traveling ke teluk hijau ini. Kami
sempet nyasar beberapa kali karena GPS kami kehilangan sinyal. Tanya penduduk
pun agak sulit karena jalan menuju teluk hijau memang sepi penduduk. Sekalinya
nemu penduduk mereka akan memberi petunjuk seperti “terus aja jalan ke arah
selatan” atau “udah deket mbak, pantainya di sebelah selatan.” Buat yang buta
arah kaya saya dan terlalu mengandalkan GPS jadi lumayan kerepotan deh.
Ditambah petunjuk jalan yang memang tidak terlalu banyak. Jadi buat kamu yang
memang ada rencana ke teluk hijau dengan kendaraan pribadi, preparation itu penting. Kalau perlu ya
bawa peta dan kompas sekalian.
Note :
- Waktu masuk area perkebunan yang menjadi
satu-satunya jalan menuju Teluk Hijau, kamu wajib lapor dan mengisi buku
tamu. Begitu juga ketika pulang, kamu wajib lapor kembali. Kata penjaga
pos, tujuan lapor ini sih untuk mencegah ada pengunjung yang tersesat dan
belum kembali setelah hari gelap.
- HTM masuk teluk hijau Rp. 6.000,-/ orang
- Ada banyak pohon buah naga di sepanjang
jalan menuju Teluk Hijau. Kalau lagi musim, penduduk sekitar menjualnya
dengan harga murah. Lumayan kan cukup dengan Rp. 5.000/ kg sudah dapat
buah naga yang segar-segar.
Setelah puas di teluk hijau, kami melanjutkan perjalanan ke pantai mustika
dan pantai pulau merah. Pantai pulau merah dan mustika ini masih satu garis
pantai dan letaknya tidak berjauhan. Perjalanan menuju kedua pantai ini tidak se-ekstrim seperti perjalanan ke teluk
hijau tadi. Kedua pantai ini memiliki kecantikannya masing-masing. Pulau merah
yang memikat dengan bentuknya yang menyerupai pegunungan di tengah pantai. Di
Pantai Pulau Merah juga ombaknya lumayan besar sehingga cocok bagi para
penggemar surfing. Sementara di Pantai Mustika, ombaknya relatif aman untuk
berenang. Pasirnya putih dan relatif masih cukup bersih. Paling enak duduk
santai di saung-saung yang disewakan di pinggir pantai dan minum es kelapa
muda.
pantai pulau merah dan bukitnya yang ada di tengah laut
in frame : @tha_nte
Note :
- HTM pantai pulau merah Rp. 8.000,-/
orang, belum termasuk parkir
- Menurut penduduk sekitar, Pantai Pulau
Merah adalah tempat yang paling pas untuk menikmati sunset.
Hari ke – 2
Hari ke-2 sekaligus jadi hari terakhir saya di Banyuwangi. Iya saya
memang ngga spent waktu lama di
Banyuwangi mengingat jadwal trip saya sebelumnya yang sudah lumayan panjang
(masa iya kan nggak pulang-pulang). Jadi ke Banyuwangi ini ibaratnya Cuma singgah
sebentar, mumpung saya lagi ada di Surabaya. Meskipun agak menyesal juga sih karena
ternyata Banyuwangi masih punya banyak pantai keren lainnya yang bisa di
explore.
Pagi-pagi dari hotel saya langsung menuju Jawatan Benculuk. Jaraknya
hanya sekitar 6 KM dari hotel saya menginap atau sekitar 15 menit naik motor.
Jawatan Benculuk ini adalah sebuah hutan kecil seluas 3.8 hektar milik
Perhutani. Di sini banyak tumbuh pohon-pohon Trembesi/ Saman yang berukuran
besar dan tua. Seperti biasa untuk masuk area ini, kamu wajib lapor dan mengisi
buku tamu. Tidak dikenakan biaya masuk dan parkir.
Jawatan Benculuk sebenarnya sudah sangat populer di kalangan
masyarakat sekitar. Katanya areanya yang sejuk dengan rumput-rumput yang empuk
dan berkualitas tinggi menjadikan tempat ini biasa digunakan untuk tempat
piknik, olahraga, naik sepeda, sampai lokasi foto prewedding.
deretan pohon trembesi yang megah di jawatan benculuk
Tapi waktu saya ke sana, saya sama sekali nggak menemukan area piknik
yang diceritakan. Rumput-rumput hijaunya nggak ada, mungkin karena musim hujan
jadi yang tersisa adalah tanah basah berlumpur yang lumayan sulit untuk
ditempuh naik motor. So, parkir motor di dekat pos dan jalan kaki adalah
pilihan yang paling tepat. Jawatan benculuk lebih mengesankan seperti hutan
kecil di tengah kota dengan pohon-pohon besar yang eksotis dan megah.
Notes :
- Jawatan benculuk lokasinya di dekat pertigaan
Benculuk yang menuju Grajakan. Gapura
masuk Jawatan hanya berjarak beberapa puluh meter dari jalan raya. Dari
depan memang tidak terlihat ada hutan, tapi setelah memasuki gapura baru
deh kita disambut hamparan hutan yang luas di tengah kota.
- Ketika lapor di pos masuk, kami
diingatkan untuk hati-hati di area hutan karena suka ada penduduk yang
meminta uang dengan alasan biaya masuk Jawatan. Kalau bertemu dengan
mereka, kami disuruh ngaku-ngaku saudaranya polisi hutan di sana. Lucu
juga yaa..untung ketemu polisi hutannya baik, jadi nggak kena pungutan
liar deh..
- Di area Jawatan ada banyak kelelawar yang
tinggal di bangunan lama Jawatan. Jadi jangan heran kalau dekat bangunan
ini ada bau-bau yang nggak enak
Setelah puas foto-foto di Jawatan Benculuk, kami check out dari hotel New Surya dan langsung menuju stasiun Karang
Asem. Saya naik kereta paling malam dari Banyuwangi ke Surabaya. Karena masih
ada waktu, saya masih bisa explore pantai yang tidak terlalu jauh dari kota.
Sementara barang-barang dititipkan di homestay yang juga disediakan oleh
Banyuwangi Adventura.
Pilihan saya jatuh kepada Pantai Boom. Pantai ini berada di pusat kota
Banyuwangi dan merupakan pantai di selat Bali. Dari pantai ini kita bisa
melihat pulau Bali dari kejauhan. Mungkin karena jaraknya yang dekat dengan
pusat kota, pantai ini pun cukup ramai dikunjungi oleh penduduk sekitar. Untuk
pemandangannya sih masih kalah jauh dibandingkan ketiga pantai yang saya
kunjungi sebelumnya. Tapi pantai ini lumayan juga kok untuk sekedar bersantai
dan bermain air di pinggiran pantainya.
pintu masuk pantai Boom
payung-payung yang disewakan di pantai Boom, langsung menghadap pulau Bali.
Notes :
- HTM pantai Boom Rp. 5.000,- /orang
Overall, perjalanan ke Banyuwangi yang lumayan penuh perjuangan
terbayar sudah dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Mulai dari hamparan
pegunungan, perkebunan, Taman nasional, dan pantai-pantainya yang indah. Sayang
lokasi-lokasi wisatanya jaraknya berjauhan. Next
time kalau ada kesempatan lagi ke Banyuwangi perlu waktu lebih lama untuk
bisa explore tempat-tempat indah
lainnya.
Tha..110217..3 p.m.