Monday, May 22, 2017

Ke Ora Beach Nggak Pake Mahal?? Baca Ini Dulu..





Ingin merasakan luxury staying on top of the clear seawater, dengan hamparan coral dan ikan-ikan cantik yang terlihat jelas? Bayangkan, kamu ada di sebuah pulau, menginap di villa cantik di atas air yang langsung menghadap laut dan begitu buka pintu kamar, kamu akan disambut air laut yang memantulkan kemilau cahaya matahari. Take a deep breath gaess, this is it..Ora Beach Resort.

Nggak perlu jauh-jauh ke Maldives atau Bora Bora, karena Ora Beach Resort menyajikan keindahan yang tidak kalah dari dua tempat yang telah mendunia itu. Ora Beach Resort sebenarnya sudah dibangun cukup lama, tapi memang baru beberapa tahun belakangan ini namanya semakin terkenal. Coba ketik ‘Ora Beach’ di search engine dan kamu akan menemukan banyak paket tur yang menawarkan jasa tripnya ke sana. Mulai dari yang harganya mahal sampai mahal banget. Memang sudah bukan rahasia untuk traveling ke Indonesia Timur kita perlu merogoh kocek yang lumayan. Mulai dari harga tiket pesawatnya yang jarang banget ada promo, belum lagi untuk mencapai lokasi tertentu kadang kita harus sewa boat yang juga tidak murah. Demi alasan kepraktisan, kita bisa aja join trip atau ambil paket tur yang ditawarkan banyak travel agen. Tapi kali ini saya mau coba share pengalaman saya ke Ora Beach Resort ala traveler BPJS (Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita), berangkatnya ngeteng (baca : naik angkutan umum yang murah meriah itu loh).

Oke, klo kamu mau ke Ora Beach, lets start  from Ambon. Dari terminal kota Ambon, kamu harus naik angkot warna merah ke arah Pelabuhan Tulehu. Dari Pelabuhan Tulehu naik kapal cepat ke Pelabuhan Amahai (Masohi). Kapal menuju Amahai ini berangkat setiap hari jam 9 pagi dan jam 2 siang. Waktu tempuh kapal cepat ini sekitar 2 jam perjalanan. Untuk rincian biaya, saya jelaskan di catatan kecil di bagian akhir postingan ini ya.



Sunday, May 14, 2017

Rahasia Tetap Fit dan Bugar Selama Traveling





“Kamu kok enak banget sih kerjanya jalan-jalan mulu?”
“Pengen deh bisa sering jalan-jalan kaya kamu.”
“Abis ini jalan-jalan ke mana lagi, Mit?”

Percaya atau nggak, pertanyaan seperti itu sering banget mampir di tab mention, komen di IG atau mungkin ditanyakan oleh beberapa teman ketika bertemu dengan saya secara langsung. Pertanyaan-pertanyaan itu kadang membuat saya berpikir, mereka hanya lihat bagian enaknya, but they didn’t know the process behind it.

Begitu pun dengan foto-foto cantik yang saya pajang di IG. Di balik foto pantai yang biru dan tenang, ada perjuangan berjam-jam naik kapal untuk menuju ke sana. Di balik foto keren di atas bukit, ada usaha untuk mencapai puncak. Simple-nya sih, yang orang lihat di IG kan the curated version, the best fraction of someone’s life. Lagipula siapa juga yang mau lihat foto jelek,kan?

Travelingnya sih enak, tapi susah-susahnya ya ada juga. Seperti misalnya harus lari-lari di bandara karena hampir ketinggalan pesawat, nginep di hotel yang nggak secantik gambarnya, dan sakit waktu lagi traveling.

Sakit pas lagi traveling? Beneran saya pernah mengalaminya. Waktu ke Penang beberapa bulan yang lalu, badan saya sempet drop. Tiap malam badan demam dan menggigil. Paginya badan sih enakan, tapi karena lanjut jalan-jalan, malamnya drop dan demam lagi. Rasanya nggak enak dan ganggu banget. Kesel sendiri deh, giliran teman saya bisa asyik jalan-jalan, masa saya malah harus terkapar tak berdaya di kamar hotel. Sejak saat itu, nggak mau deh lagi-lagi sakit pas traveling (pas nggak traveling pun nggak mau sakit sih). Jadi sebisa mungkin untuk selalu jaga kesehatan. Toh bener kan pepatah yang bilang lebih baik mencegah daripada mengobati.

Makanya begitu traveling selanjutnya, saya pikir harus lebih prepare. Selama ini karena tiap traveling selalu aman-aman aja jadinya nggak terlalu concern sama badan. Padahal kan jaga stamina tubuh tuh penting banget. Apalagi selama perjalanan, bisa kurang tidur, makan juga seenaknya karena merasa lagi liburan jadi cobain semua makanan khas setempat. Kondisi kaya gini nih yang bisa bikin badan langsung drop. Untungnya sekarang ada Herbadrink sari temulawak yang cocok banget untuk menunjang segudang aktivitas saya terutama saat traveling.

My Traveling Essentials

Jadi waktu kecil dulu, oma saya sering kasih jamu temulawak katanya supaya meningkatkan daya tahan tubuh, membantu pencernaan, dan menjaga fungsi hati. Ternyata memang terbukti loh, dari kecil saya ini termasuk orang yang jarang sakit. Tapi kan, cari temulawak sekarang juga nggak gampang. Belum lagi harus mau repot bikinnya. Begitu kenal sama Herbadrink sari temulawak, langsung jatuh cinta dan jadi minuman wajib yang harus ada setiap kali traveling. Senengnya lagi, karena kemasannya sachet, jadi praktis dan nggak berat dibawa ke mana-mana. Tinggal seduh pake air, jadi deh. Segar, enak, dan nggak ada endapan.

 Kemasan sachet praktis dan simple dibawa ke mana pun

Oh ya, minum herbadrink sari temulawak ini nggak hanya saya lakukan saat traveling aja. Buat minuman sehari-hari juga bisa banget. Kalau lagi dikejar deadline tulisan, kadang bisa begadang buat nulis. Pas banget minum herbadrink sari temulawak supaya nggak gampang sakit karena kurang tidur. Belakangan saya juga baru tahu kalau temulawak pun berkhasiat menjaga kadar kolesterol dalam darah. Pas banget buat saya dan kamu yang suka kulineran. Nggak ada salahnya kan investasi untuk kesehatan dari sejak kita muda?



Nah, buat kamu yang penasaran dan ingin juga menikmati manfaat dari herbadrink sari temulawak, sekarang sudah bisa dibeli di supermarket dan minimarket. Belanja online pun bisa di sini


So, tunggu apa lagi? Traveling sekarang dan jangan lupa herbadrink sari temulawak.
Lets go to the beach !!

 Siap untuk jalan-jalan lagi ^^





Friday, May 5, 2017

Serunya Naik Kapal Pelni ke Makassar






“Tiketnya belum dicap, Mbak. Harus dicap dulu di loket depan.” Kata bapa yang memeriksa tiket di depan pintu kapal. Melawan rasa lelah dan mengabaikan kerumunan tukang ojek yang langsung berebut menawarkan jasanya untuk mengantar saya ke loket depan yang berjarak kurang lebih 500 meter dari kapal, saya pun memutuskan untuk berjalan kembali ke loket. Padahal saya sudah melewati loket tadi, tapi tidak adanya petugas yang memberi tahu membuat saya dan Martha harus bolak-balik. Dengan ransel seberat hampir 9 kilo yang saya bawa, tergoda sebenarnya menggunakan ojek atau jasa porter yang ramai di pelabuhan. Tapi sebagai traveler BPJS (Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita), saya harus menahan diri dari pengeluaran-pengeluaran ‘manja’ yang sebetulnya bisa dihindari.

Naik kapal Pelni dari Labuan Bajo ke Makasar ini pun merupakan siasat untuk membuat perjalanan saya lebih murah dan karena penasaran juga ingin tahu gimana rasanya naik kapal besar, berlayar lintas pulau.

Jadi gimana rasanya naik kapal Pelni selama 18 jam?? Ini dia ceritanya :