Saturday, October 21, 2017

Gratitude Journey



pic source : google

Tuhan bekerja dengan cara yang baik adanya. Bahkan ketika harapan-harapan kita belum terjawab, ketika rencana kita tidak berjalan sebagaimana mestinya, ketika orang-orang yang kita cintai pergi, dan ketika jalan-jalan kehidupan membuat hati kita luka dan patah. Saya tetap percaya bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang baik adanya.

Ini cerita tentang orang-orang yang saya kenal. Ada yang sudah menikah lama tapi masih bergumul untuk mendapatkan keturunan. Ada yang masih berdoa untuk menemukan pasangan hidup yang tepat. Ada yang sudah menikah tapi memutuskan untuk tidak memiliki anak. Ada juga yang menikmati kesendiriannya, sukses dengan kariernya, tapi terus didesak untuk segera menikah.

Ada juga seseorang yang saya kenal dengan cukup baik. Seorang sahabat yang luar biasa, menikah dengan cinta pertamanya, hidup mapan, dan pekerjaannya baik. Saya masih ingat dia begitu bersemangat ketika mengabarkan berita kehamilannya. Tapi, saya harus merelakannya ‘pulang’ bahkan sebelum dia sempat mendengar tangisan anaknya.

Jalan kehidupan setiap orang tidaklah sama. Namun, semua orang memiliki pergumulan dan kebaikannya masing-masing.

Seringkali terlintas dalam benak saya, ketika melihat status atau postingan orang di media sosial. Enak ya jadi si itu, punya kerjaan bagus. Enak ya jadi si ini, udah married langsung punya anak lagi. Enak ya jadi si anu, bisa jalan-jalan mulu kerjaannya. Ternyata pemikiran tersebut salah. Kebahagiaan tidak bisa diukur seperti itu, bahkan saya tidak pernah tahu berapa banyak tangisan, kerja keras, dan tabungan doa yang mereka keluarkan untuk mencapai itu semua.

Lebih daripada mengejar kebahagiaan, saya ingin belajar untuk selalu bersukacita. Saya ingin belajar untuk menikmati damai sejahtera yang memang telah Tuhan berikan untuk saya. Sahabat saya yang belum punya anak tadi bilang, dia mungkin akan lebih bahagia kalau punya anak, tapi tanpa anak pun dia sudah bersukacita. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari apa yang kita belum miliki, tapi justru dari apa yang ada pada kita sekarang.

Bersukacita tidak perlu menunggu hal-hal besar terjadi. Bersukacitalah untuk hal-hal sederhana yang ada di sekeliling kita. Saya bersukacita untuk keluarga saya yang tidak sempurna karena ketidaksempurnaan ini menjadikan saya kuat. Saya bersukacita untuk sahabat-sahabat yang tidak selalu bisa saya temui setiap hari, tapi tetap setia dalam segala kondisi. Dan saya juga bersukacita untuk kebaikan yang saya terima bahkan dari orang-orang yang tidak saya kenal.

Balik lagi ke cerita sahabat saya tadi yang sudah pergi lebih dulu. Lewat kepergiannya saya sadar waktu yang kita punya sangatlah singkat. Kita nggak pernah tahu kapan kita mati atau orang-orang yang kita sayang pergi. So don’t waste your time. Daripada membuang waktu untuk menyimpan kebencian lebih baik menggunakan waktu untuk lebih banyak mencintai.

Saya bersyukur pernah menjadi bagian hidupnya dan melewati waktu bersama yang singkat. Tidak ada yang perlu disesali, karena sekali lagi hidup yang kita lalui sekarang adalah baik adanya.


Jadi, apa yang membuatmu bersyukur hari ini?