pic source : google
Tuhan bekerja dengan cara yang baik adanya. Bahkan ketika
harapan-harapan kita belum terjawab, ketika rencana kita tidak berjalan
sebagaimana mestinya, ketika orang-orang yang kita cintai pergi, dan ketika
jalan-jalan kehidupan membuat hati kita luka dan patah. Saya tetap percaya
bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang baik adanya.
Ini cerita tentang orang-orang yang saya kenal. Ada yang sudah menikah
lama tapi masih bergumul untuk mendapatkan keturunan. Ada yang masih berdoa
untuk menemukan pasangan hidup yang tepat. Ada yang sudah menikah tapi
memutuskan untuk tidak memiliki anak. Ada juga yang menikmati kesendiriannya,
sukses dengan kariernya, tapi terus didesak untuk segera menikah.
Ada juga seseorang yang saya kenal dengan cukup baik. Seorang sahabat
yang luar biasa, menikah dengan cinta pertamanya, hidup mapan, dan pekerjaannya
baik. Saya masih ingat dia begitu bersemangat ketika mengabarkan berita
kehamilannya. Tapi, saya harus merelakannya ‘pulang’ bahkan sebelum dia sempat
mendengar tangisan anaknya.
Jalan kehidupan setiap orang tidaklah sama. Namun, semua orang
memiliki pergumulan dan kebaikannya masing-masing.
Seringkali terlintas dalam benak saya, ketika melihat status atau
postingan orang di media sosial. Enak ya jadi si itu, punya kerjaan bagus. Enak
ya jadi si ini, udah married langsung punya anak lagi. Enak ya jadi si anu,
bisa jalan-jalan mulu kerjaannya. Ternyata pemikiran tersebut salah.
Kebahagiaan tidak bisa diukur seperti itu, bahkan saya tidak pernah tahu berapa
banyak tangisan, kerja keras, dan tabungan doa yang mereka keluarkan untuk
mencapai itu semua.
Lebih daripada mengejar kebahagiaan, saya ingin belajar untuk selalu
bersukacita. Saya ingin belajar untuk menikmati damai sejahtera yang memang
telah Tuhan berikan untuk saya. Sahabat saya yang belum punya anak tadi bilang,
dia mungkin akan lebih bahagia kalau punya anak, tapi tanpa anak pun dia sudah
bersukacita. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari apa yang kita belum
miliki, tapi justru dari apa yang ada pada kita sekarang.
Bersukacita tidak perlu menunggu hal-hal besar terjadi. Bersukacitalah
untuk hal-hal sederhana yang ada di sekeliling kita. Saya bersukacita untuk
keluarga saya yang tidak sempurna karena ketidaksempurnaan ini menjadikan saya
kuat. Saya bersukacita untuk sahabat-sahabat yang tidak selalu bisa saya temui
setiap hari, tapi tetap setia dalam segala kondisi. Dan saya juga bersukacita untuk
kebaikan yang saya terima bahkan dari orang-orang yang tidak saya kenal.
Balik lagi ke cerita sahabat saya tadi yang sudah pergi lebih dulu. Lewat
kepergiannya saya sadar waktu yang kita punya sangatlah singkat. Kita nggak
pernah tahu kapan kita mati atau orang-orang yang kita sayang pergi. So don’t waste your time. Daripada
membuang waktu untuk menyimpan kebencian lebih baik menggunakan waktu untuk
lebih banyak mencintai.
Saya bersyukur pernah menjadi bagian hidupnya dan melewati waktu
bersama yang singkat. Tidak ada yang perlu disesali, karena sekali lagi hidup
yang kita lalui sekarang adalah baik adanya.
Jadi, apa yang membuatmu bersyukur hari ini?