Tuesday, October 30, 2018

Happy 31st My Self




source pic : google

Sejak punya blog, rasanya menjadi ritual khusus merayakan pertambahan usia dengan menulis. Awalnya hanya untuk mengingat dan sedikit refleksi perjalanan hidup saya ke belakang. Tapi kebiasaan ini juga bisa menjadi penanda atau cara saya bersyukur untuk setiap pekerjaan Tuhan dalam hidup saya.

Lebih dari sekedar merayakan ulang tahun, saya merayakan setiap kebaikan Tuhan. Lebih dari sekedar merayakan usia yang bertambah, saya merayakan sebuah kehidupan. Tahun ini saya bersyukur masih dikelilingi keluarga, sahabat-sahabat, dan orang-orang baik di sekitar saya. Well, pertambahan usia ternyata tidak berbanding lurus dengan bertambahnya teman. Makin tua, teman makin dikit. But I’m okay with that. Karena yang terpenting bukan seberapa banyak teman yang kita punya, tapi seberapa besar pengaruh positif yang mereka dan saya bisa berikan. Memiliki orang-orang yang satu frekuensi, sepemikiran, dan selalu menjadi support system adalah kebaikan Tuhan yang masih saya rasakan hingga detik ini.

Tahun ini juga bersyukur karena terus diberikan keberanian untuk melangkah dan mewujudkan hal-hal yang selama ini ingin saya kejar. Hidup itu kan isinya rangkaian pilihan. Kadang ada pilihan-pilihan yang akan membawa dampak besar dalam hidup kita. Sama kayak mau nyebrang jurang, begitu sampai di seberang, jembatannya harus kita bakar. Nggak ada kesempatan untuk balik lagi, nggak ada waktu untuk menyesali yang di belakang. Mungkin bagi beberapa orang keputusan itu berupa keputusan untuk menikah, keputusan untuk memilih jurusan kuliah, dll. Bagi saya keputusan itu ketika resign, memulai usaha, dan serius menekuni dunia tulis-menulis yang selama ini saya cintai.  Di saat orang-orang lain seusia saya sudah settle dengan karier mereka, ada yang mencoba peruntungan dengan tes CPNS, atau mungkin menikah dan membina keluarga. Saya justru sedang keluar dari zona nyaman, masuk ke dunia baru yang saya nggak tahu ujungnya seperti apa, dan berjuang hari demi hari untuk meyakinkan diri sendiri bahwa keputusan saya adalah yang terbaik. Pada akhirnya, setelah menjalaninya hampir dua tahun, saya mendapati iman saya makin bertumbuh, saya makin kuat, dan saya terus mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa.

Di umur 31, tidak banyak membuat daftar yang ingin saya capai. Tapi ada satu yang menempati posisi puncak, selalu bersyukur.

Because when you learn how to be grateful, no matter how hard life is, you’ll survive.



Wednesday, April 4, 2018

Keliling Cirebon dalam Satu Hari



yayayeye squad

Memilih destinasi wisata dengan waktu yang terbatas memang susah-susah gampang. Saya dan teman-teman @yayayeye sudah beberapa kali merencanakan untuk liburan bareng tapi lagi-lagi terbentur masalah waktu. Yang satu masih kerja pas weekend, yang satu bisanya weekday, yang satu lagi kepentok cuti, gitu aja terus sampai liburan hanya menjadi wacana hehe..

Nah, untungnya bulan Maret yang lalu ada tanggal merah di hari Sabtu. Memang nggak bisa dibilang long weekend, tapi waktunya ternyata cocok buat kami. Tanpa mikir panjang kami pun akhirnya memutuskan Cirebon jadi destinasi wisata singkat yang paling pas. Selain karena jaraknya yang nggak terlalu jauh dari Bandung, Cirebon juga banyak makanan enak yang jadi tujuan kami jalan-jalan kali ini (tetep ya main ke mana pun yang dicari makanan :P)

Dari Bandung kami jalan jam 7 pagi, bawa mobil sendiri. Untuk pertama kalinya saya lewat tol Cipali yang jalannya lurus terus sampai bikin ngantuk. Sayangnya untuk jalan tol yang terbilang baru, jalannya sudah banyak yang rusak. Jalan tol gitu loh, masa bolong-bolong kan bahaya banget yaa..

Kami sampai di Cirebon sekitar jam 10 dan langsung menuju keraton Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan ini katanya merupakan keraton yang paling besar dan paling tua di Cirebon. Areanya memang tidak seluas keraton Jogja, tapi banyak juga spot-spot menarik yang bisa di-explore. Lebih asyik keliling tempat ini dengan ditemani guide, supaya bisa sekalian mendengar sejarah keraton dan benda-benda yang ada di sana (edukatif banget ya liburannya :D)

area depan keraton 

 Bagian dalam keraton yang nggak bisa kita masukin. Masih ada singgasana sultan dan tempat sultan menerima tamu. 
Ambil foto dari luar jendela aja deh jadinya, untung boleh :)

Thanks bapa guide yang sudah menemani kita keliling keraton

Setelah puas keliling keraton, destinasi kami selanjutnya tentu saja makan. Tujuan pertama adalah makan empal gentong. Sepanjang jalan di Cirebon, kamu akan menemukan empal gentong bertebaran di mana-mana. Jadi daripada pusing pilih yang mana, langsung pilih yang paling terkenal dan tempatnya nyaman aja di Empal Gentong H.Apud yang berada di Jalan Tuparev No. 438, Cirebon. Semua menu kami pesan, biar icip-icip semua sih maksudnya. Kami coba empal gentong, empal asem, dan sate kambing muda. Untuk empalnya kamu bisa pilih yang isinya daging semua atau campur dengan jeroan. Kami beli dua-duanya dong ya, biar bisa nyicipin. Aslinya enak banget dan kenyang banget.



Beres makan kami langsung meluncur ke goa sunyaragi. Sempet galau begitu nyampe sini karena areanya lagi penuh banget dan ternyata agak di luar ekspektasi. Mereka lebih menawarkan area permainan baru seperti foto dengan robot/tokoh kartun (secara ini sering banget kita lihat di seputar alun-alun Bandung kan ya) dan naik sepeda di atas tali (yang mana ini pun udah lebih dulu ada di Bandung).




Goa Sunyaragi ini sebenarnya merupakan kawasan cagar budaya di mana bangunannya berupa batu-batu mirip candi dan kompleks taman air. Di kompleks goa ini juga sering diadakan pergelaran kebudayaan seperti pertunjukan tari. Terdapat panggung dan juga tempat duduk bagi penonton.

Dari situ kita lanjut ke Asinan Sinta. Beli oleh-oleh, nawar-nawar buah yang manggil-manggil di sepanjang pasar Kanoman, dan nggak lupa jajan tahu gejrot di pinggir Asinan Sinta. Tahu gejrotnya enak banget gaeess, bisa dibungkus juga buat oleh-oleh. Seporsi tahu gejrot harganya Rp. 8000,- Kalau mau beli untuk oleh-oleh, mereka sudah bungkus paketan dengan harga Rp. 25.000/paket

 Tahu Gejrot is a Lyfe

Oh ya, di deket Asinan Sinta ini juga katanya ada es duren yang enak banget, tapi karena saya bukan penggemar duren (cium baunya saja ku tak sanggup) jadinya skip untuk es duren. Teman-teman yang lain sih sempet beli es duren di dekat Keraton Kasepuhan. Jadi buat kamu penggemar duren, Cirebon ini surganya kali ya, ada banyak di mana-mana.

Dari Asinan Sinta kita lanjut lagi. Ke mana? Makan lagi dong sodara-sodara. Kami menuju nasi jamblang Bu Nur di Jalan Cangkring, lokasinya nggak jauh dari grage mall. Makan nasi di atas daun jati memang enak banget deh, bikin kita lupa udah berapa kali makan hari ini. Menunya ada beragam dan harganya juga murah-murah. Favorit saya sih lidah sapi sama ikan asin jambalnya. Cumi hitam dan paru gorengnya juga populer di sini, wajib dicoba juga kalau perut masih sanggup.

 pic source : travel.detik.com

Sekitar jam 4 sore kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Bandung. Di jalan masih sempet mampir ke toko oleh-oleh buat beli tape ketan asli yang dijual per ember besar. Baru kali ini, liburan lebih banyak belanja sama makan-makannya dibanding jalan-jalannya. Bahkan ngambil foto pun nggak banyak, keburu kalap aja lihat makanan kali ya hehehe..

Menghabiskan weekend yang menyenangkan, bareng teman-teman yang juga menyenangkan memang selalu berlalu dengan cepat. Cirebon pas banget buat kamu pecinta kuliner. Masih banyak banget makanan yang belum saya coba karena keterbatasan fisik (baca : keburu kenyang).

To be honest, ada yang bikin nggak nyaman nih selama jalan-jalan di Cirebon. Jadi selama di Cirebon terutama di area wisata, ada banyak banget pengemis. Yang bikin heran, bahkan di area keraton (di mana katanya sultan juga masih tinggal di situ), pengemis ada di mana-mana. Mereka sampai ngikutin kita terus dan baru pergi setelah kita kasih uang. Terus yang bikin kesel lagi, banyak dari mereka yang masih muda dan terlihat sehat tapi ngemis minta uang sambil di tangannya terselip rokok. Nah lho? Kok bisa gitu ya? Sayang sih menurut saya, bikin wisatawan jadi nggak nyaman dan tentunya jadi nilai minus juga untuk daerah wisata tersebut.

Tapi saya nggak kapok kok main ke Cirebon, kalau kapan-kapan ada yang ngajak wisata kuliner lagi ke sana, jelas nggak akan nolak hehehe.. Kalau kamu gimana??




Monday, January 15, 2018

Tempat yang Wajib Dikunjungi Saat Liburan Ke Pulau Komodo




Setelah cukup sering traveling ke beberapa tempat di Indonesia, saya berani bilang kalau Labuan Bajo atau lebih dikenal dengan Pulau Komodo adalah the most beautiful place in Indonesia, so far. (ini karena saya belum sampai ke Raja Ampat, jadi mungkin suatu hari nanti pendapat saya ini bisa saja berubah).

Dulu sebelum rajin jalan-jalan (baik itu di dunia nyata atau dunia maya dengan stalking IG para travel blogger) saya mikirnya Pulau Komodo itu ya isinya cuma komodo, binatang yang jauh lebih gede dari kadal, yang makan daging, dan punya racun paling ganas, dan nyeremin lah pokoknya. Terus apanya yang menarik kalau gitu? But, I was wrong. Setelah datang ke sana langsung, saya berani jamin saudara-saudara, This place is amazing, above and under the sea, its sooo..amazing.

Jadi, apa saja yang bisa kamu explore kalau kamu liburan ke Komodo National Park?? Here we go..

Pulau Rinca

Nah, komodo yang saya bahas dari tadi bisa kamu temukan di Pulau Rinca ini. Bedanya dengan Pulau Komodo, di sini jumlah komodonya lebih banyak dibandingkan Pulau Komodo sendiri (ironis ya hehehe). Pulau ini juga sudah dijadikan tempat konservasi alami untuk komodo-komodo tersebut hidup di habitat aslinya. Untuk explore tempat ini kamu wajib ditemani rangers – bukan power rangers ya - sebutan untuk guide yang akan menemani selama di Pulau Rinca. Ada 3 track yang bisa kamu pilih, short, medium, dan long track tergantung stamina dan waktu yang kamu punya. Beruntung, waktu itu saya baru jalan sedikit dan sudah menemukan komodo yang sedang berkerumun. Foto-foto sebentar dan langsung bisa lanjut ke destinasi selanjutnya.


Pintu masuk Pulau Rinca

Ranger and the Komodos

View selama tracking di Pulau Rinca

Pink Beach

Kenapa disebut Pink Beach? Karena pasirnya memang berwarna pink. Warna pinknya ini berasal dari pecahan karang berwarna merah yang bercampur pasir putih dan kalau kena air laut ditambah pantulan sinar matahari maka akan menghasilkan perpaduan warna pink yang cantik banget. Snorkeling di pink beach adalah hal yang wajib kamu lakukan. Malahan cukup berenang-renang lucu aja di pinggir pantainya kamu udah bisa menemukan ikan warna-warni dan batu-batu karang yang cantik-cantik banget. Nggak perlu jauh-jauh diving atau snorkeling sampai ke tengah untuk menikmati keindahan bawah laut Pink Beach.


emang paling bener santai-santai kayak gini di Pink Beach

Pulau Padar

Pulau Padar yang udah terkenal sebagai spot foto wajib bagi para traveler ini memang sangat memukau dan punya pemandangan yang oh soo breathtaking. Di sini kita biasanya akan mengejar sunrise dan tracking ke puncak sekitar 20-30 menitan. Memang penuh perjuangan sih untuk naik sampai ke puncak Pulau Padar, tapi semuanya akan terbayar begitu kamu sampai puncak. Terakhir saya ke sini jalur tracking-nya masih curam dan berpasir, tapi sekarang sudah dibangun tangga ke atas. Memang masih pro dan kontra sih soal pembangunan tangga ini soalnya jadi nggak alami lagi. Tapi setelah lihat foto orang-orang yang ke sana beberapa waktu belakangan, tangganya yang terbuat dari batu masih terkesan natural dan nggak kehilangan nilai estetikanya, kok.

Kalau diperhatiin, pantai-pantai di Pulau Padar ini punya pasir yang berbeda, pasir putih, pink, dan hitam. Nah ini spot kece dari atas puncak buat foto. Breathtaking banget kan??



Pulau Kelor

Pulau Kelor ini merupakan pulau terdekat dari Labuan Bajo. Begitu sampai sini lagi-lagi kamu harus tracking ke puncak untuk melihat the best landscape of Pulau Kelor. Jalurnya lebih pendek dibandingkan Padar tapi lebih sulit kalau menurut saya. Sempat tergelincir juga waktu naik ke atas karena jalannya yang berpasir memang lumayan licin. Jangan lupa gunakan sepatu kets atau sendal gunung yang nyaman untuk tracking and as always, safety first.


View Pulau Kelor from the Top

memutuskan untuk nggak pake sendal daripada licin

Gili Laba

Di sini kamu bisa snorkeling atau tracking bukit untuk liat view dari atas. Saya nyobain tracking dulu dan lagi-lagi dibuat amazed sama pemandangannya. Pemandangan bawah lautnya juga nggak kalah cantik loh. Koral dan ikannya beraneka ragam dan cantik-cantik banget. Lagi-lagi dibuat terpesona sama pemandangan di sini.

 Tracking di Gili Laba bikin makin akrab hehe..



Pulau Kanawa

Begitu masuk Pulau Kanawa kita akan disambut oleh dermaga kayu panjang yang jadi spot kece banget untuk foto. Di sini kamu bisa snorkeling atau duduk-duduk santai di pinggiran pantainya. Kata guide yang menemani saya sih di pulau ini masih ada resort-resort yang disewakan untuk menginap. Kayaknya asyik juga nginep di resort pinggir pantai di Pulau Kanawa, tapi berhubung saya ambil turnya Living On Board Komodo jadinya ke pulau ini cuma sekedar mampir saja.

Girl squad at Kanawa Island

Nggak usah repot-repot diving pun ikannya udah keliatan dari atas

Pulau Kalong

Kenapa disebut Pulau Kalong? Jelas karena banyak kalong atau kelelawarnya. Biasanya kapal-kapal trip Living On Board Komodo akan mendatangi pulau ini menjelang sore. Sambil lihat matahari terbenam kita akan melihat ribuan kelelawar keluar dari hutan dan ini beneran keren bangeeett. Di sini kita nggak turun dan explore pulaunya, biasanya sih kapal akan berlabuh dekat Pulau Kalong sepanjang malam karena lautnya yang paling tenang dan anginnya bersahabat.

Well, sebenarnya masih banyak lagi pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo dan Komodo National Park yang bisa kamu explore kalau berkunjung ke sini. Untuk soal keindahan jelas nggak usah diragukan lagi deh, setiap tempat punya kecantikannya masing-masing. Terus gimana caranya bisa ke sana? Enaknya ikut open tur atau pergi sendiri? Itinerary ke sana seperti apa? Nah, itu semua bakal saya tulis di postingan selanjutnya ya di Living On Board Komodo.