Tidak terasa, bulan Januari lalu saya resmi
3 tahun menjalani hidup sebagai freelancer
dan memberanikan diri membuka bisnis sendiri. Ternyata kehidupan sebagai
seorang freelancer memang penuh
tantangan. Tidak ada lagi tanggal gajian yang ditunggu-tunggu karena pemasukan bisa
datang tanggal berapa saja. Tidak ada lagi tanggal THR atau bonus yang membuat
rekening mendadak gendut, tapi berganti dengan proyekan-proyekan yang berbeda
nilainya.
Kendati menjanjikan kehidupan yang ‘free’, bisa bekerja dari mana saja,
tidak terikat waktu dan tempat namun menjadi freelancer bukanlah hal yang sepele. Kadang ada proyek-proyek
bernilai besar yang pendapatannya bisa berkali-kali lipat jika dibandingkan
dengan kerja kantoran dulu. Tapi kadang ada masa-masanya sepi, di mana saya
harus terus kreatif mutar otak gimana caranya usaha tetap jalan dan dapur bisa
terus ngebul.
Pengalaman selama tiga tahun ini membuat
saya sadar dan mengerti pentingnya mengatur keuangan bagi para freelancer, teman-teman yang baru
memulai usaha atau memiliki income yang
tidak tetap seperti saya. Jangan sampai ketika invoice dari satu proyek besar cair, kita merasa kaya raya dan
langsung foya-foya. Bulan-bulan berikutnya terpaksa ngutang karena nggak ada
pemasukan. Duh, jangan sampai deh kayak gitu.
Makanya saya ingin berbagi cara jenius
mengatur keuangan pribadi yang selama ini saya terapkan agar cashflow keuangan lancar dan hati
senang. Ini dia :
1. Tentukan skala prioritas
Meski kelihatannya simple, membuat skala prioritas ternyata
penting loh. Sebagai freelancer akan
tiba saatnya kamu dapat rejeki gede yang bisa bikin kamu langsung beli HP seri
terbaru yang selama ini hanya jadi angan-angan. Tapi akan juga tiba saatnya
transferan macet dan proyekan sepi. Nah, pakai kelebihan uang itu untuk
memenuhi kebutuhan yang diprioritaskan. Sebelum beli HP keluaran terbaru, coba
cek pengeluaran wajib bulan ini sudah terpenuhi atau belum. Sebelum belanja ini
itu, tanyakan lagi sama diri sendiri apakah kita memang benar-benar membutuhkan
barang tersebut? Worth it nggak sih
menghabiskan uang dengan nilai sekian untuk makan di kafe mahal?
Kok kesannya susah banget, ya? eits, jangan galau dulu. Bukan berarti
nggak boleh ya belanja barang yang kita mau atau makan enak di restoran mewah.
Enaknya jadi freelancer itu kan bisa
kerja di mana saja. Saya juga paling suka nulis di kafe sambil ngopi-ngopi.
Inspirasi biasanya lancar, tulisan pun kelar. Tapi nggak tiap kali saya nulis
harus di kafe juga, kan. Sesekali boleh lah pastinya memberi reward pada diri sendiri. Intinya balik
lagi ke skala prioritas. Kita tahu membedakan mana yang penting, yang mendesak,
dan yang bisa ditunda atau digantikan dengan alternatif lain.
2. Membuat anggaran tiap pos keuangan
Kalau sudah tahu skala prioritas,
langkah selanjutnya adalah membuat anggaran keuangan atau budgeting. Simple-nya, saya membaginya ke beberapa pos seperti : Biaya
rutin (belanja bulanan, transportasi, pulsa&internet, asuransi, dll),
kebutuhan senang-senang (traveling, nonton,
social life), dan tabungan. Lebih
detail tentu lebih baik. Belakangan pengaturan anggaran keuangan ini jadi lebih
mudah sejak menggunakan jenius. Saya bisa atur pos-pos pengeluaran dengan
fitur-fitur yang ada di jenius.
Kalau sebelumnya setiap kali
belanja kadang suka nggak terkontrol, lihat diskonan dikit langsung gesek kartu
debit nggak pake mikir. Pas cek rekening tahu-tahu baru sadar deh kalau
pengeluaran sudah overlimit. Nah,
untungnya jenius punya fitur Card Center, di mana saya bisa mengatur saldo
kartu sesuai kebutuhan. Tinggal atur saja limit belanja dan limit penarikan
harian kartu debit jenius. Jadi nggak perlu lagi khawatir kebablasan.
3. Sisihkan dana darurat
Namanya freelancer, ya nggak ada tuh asuransi kesehatan, dana pensiun, dan
fasilitas lain yang biasanya diperoleh orang kantoran. Makanya mesti
pinter-pinternya kita menyisihkan dana untuk keperluan yang tak terduga. Nggak
ada yang tahu kan besok atau lusa ada saudara atau mungkin kita sendiri yang
sakit (bukan ngedoain, ya), atau tiba-tiba kendaraan kita rusak dan minta
‘jajan’. Semua pengeluaran besar tanpa rencana itu perlu disiapkan juga
dananya. Saya biasanya pakai fitur Flexi Saver dari jenius untuk kebutuhan ini.
Tabungan fleksibel berbunga setara deposito yang bisa disetor dan ditarik kapan
saja. Jadi nggak perlu dibikin jantungan kalau misalnya kita butuh dana darurat
sewaktu-waktu.
4. Jangan lupa nabung, nabung, nabung
Sejak
kecil saya sudah diajarkan hemat itu pangkal kaya, dan solusinya adalah dengan memiliki
tabungan atau investasi. Kalau menginginkan sesuatu, saya membiasakan diri
dengan menabung, bukan dengan mengambil kredit atau berhutang. Misalnya ingin traveling ke suatu tempat, saya nabung
untuk beli tiket dan biaya perjalanannya. Ingin beli HP, kamera, laptop, dll.
Ya nabung dulu sampai dananya cukup. Enaknya sekarang ada fitur Dream Saver di Jenius. Saya bisa atur
sendiri tujuan menabungnya apa, berapa banyak, dan jangka waktu menabungnya
berapa lama.
Nggak cuma untuk urusan pengaturan keuangan
sehari-hari saja, untuk keperluan perbankan lain pun saya sangat terbantu
dengan menggunakan jenius. Transfer uang, bayar tagihan, top up saldo e-wallet, sampai buka deposito bisa saya
lakukan hanya lewat smartphone. Dan
yang bikin lebih happy, semuanya itu
bebas biaya admin. Seneng kan kalau bayar sana-sini nggak harus kena tambahan
biaya lagi. Hidup kayaknya jauh lebih mudah dan bebas ribet. Nggak ada lagi alasan
nggak bisa ngatur uang atau pengeluaran yang kebablasan karena sekarang semua
bisa diatur pakai cara Jenius.
Ini cara saya mengatur keuangan dan menjalani #hari2jenius. Kalau kamu gimana? Punya cerita juga nggak? Yuk share cerita kamu di https://www.cocreate.id/ website resmi Co.Create Jenius. Selamat berbagi dan menginspirasi.
Ini cara saya mengatur keuangan dan menjalani #hari2jenius. Kalau kamu gimana? Punya cerita juga nggak? Yuk share cerita kamu di https://www.cocreate.id/ website resmi Co.Create Jenius. Selamat berbagi dan menginspirasi.